Rabu, 13 Juni 2018
Pemuda Panca Marga
TRI DHARMA PEMUDA PANCA MARGA (PATRIOTISME, IDEALISME, SOLIDARITAS)
PATRIOTISME
Patriotisme adalah sikap yang berani, pantang menyerah dan rela berkorban demi bangsa dan negara. Patriotisme berasal dari kata “patriot” dan “isme” yang berarti sifat kepahlawanan atau jiwa pahlawan, atau “heroism” dan “patriotism” dalam bahasa Inggris. Pengorbanan ini dapat berupa pengorbanan harta benda maupun jiwa raga. Patriotisme pada dasarnya berkaitan erat dengan nasionalisme. Nasionalisme adalah paham atau ajaran untuk mencintai bangsa dan Negara sendiri; kesaadran keanggotaan dalam suatu bangsa yang secara potensial maupun actual bersama-sama berusaha mencapai, mempertahankan dan mengabdikan identitas, integritas, kemakmuran dan kekuatan sebuah bangsa. Dari definisi diatas dapat pahami bahwa Keduanaya sama-sama berorientasi pada kecintaan terhadap bangsa dan Negara. Karena itulah Patriotisme serinng di sinonimkan dengan nasionalisme. Untuk memahami arti patriotisme, Coba kita cermati cupilkan naskah pidato Bung Karno pada peringatan hari proklamasi 17 Agustus 1951 berikut ini :
“…. Saudara-saudara … hal `kemakmuran’ dan `keadilan sosial’ ini cita cita kita bukan cita-cita yang kecil. Manakala Revolusi Perancis, misalnya, adalah revolusi untuk membuka pintu buat kapitalisme dan imperialisme, maka revolusi kita adalah justru untuk menjauhi kapitalisme dan imperialisme. Tetapi seperti sudah puluhan, ratusan kali saya katakan: Revolusi bukan sekedar kejadian sehari bukan sekedar satu evenement; revolusi adalah suatu proses, suatu proses destruktif dan konstruktif yang gegap-gempitanya kadang-kadang memakan waktu puluhan tahun. Proses destruktif kita boleh dikatakan sudah selesai, proses konstruktif kita, sekarang baru mulai. Dan ketahuilah, proses konstruktif ini memakan banyak waktu dan banyak pekerjaan. Ya, banyak pekerjaan! Banyak pemerasan tenaga dan pembantingan tulang! Banyak keringat! Adakah di dalam sejarah tercatat suatu bangsa menjadi bangsa yang besar dan makmur zonder (tanpa) banyak mencucurkan keringat? Tempo hari saya membaca tulisan seorang bangsa asing yang mengatakan bahwa “mempelajari sejarah adalah tiada guna.” “History is bunk”, demikian katanya. Tetapi saya berkata: justru dari menelaah sejarah itulah kita dapat menemukan beberapa hukum pasti yang menguasai kehidupan bangsa-bangsa. Salah satu daripada hukum-hukum itu ialah tidak ada kebesaran dan kemakmuran yang jatuh begitu saja dari langit. Hanya bangsa yang mau bekerjalah menjadi bangsa yang makmur. Hukum ini berlaku buat segala zaman, buat segala tempat, buat segala warna kulit, buat segala agama atau ideologi. Ideologi yang mengatakan bahwa bisa datang kemakmuran zonder kerja adalah ideologi yang bohong!
Bila kita mempunyai jiwa rela berkorban demi tanah air dan bangsa, bangga sebagai bangsa Indonesia dan menempatkan kepentingan negara di atas kepentingan pribadi berarti dalam dada kita telah tertanam patriotisme.
Negara Indonesia telah mengalami banyak perjuangan, terutama pada era penjajahan Belanda, Inggris dan Jepang, Selama 350 tahun lamanya bangsa ini hidup dalam kesengsaraan dibawah tangan para penjajah. Pengalaman pahit tersebut, dijadikan sebagai motivasi atau penggerak untuk menciptakan kemerdekaan sehingga benar-benar terhindar dari berbagai penderitaan.
Dalam kalimat pertama UUD 1945 “Sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu maka penjajahan diatas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan”, Indonesia sangat tidak setuju dengan penjajahan, oleh karena itu rakyat bergerak untuk memerangi penjajahan yang tidak hanya terjadi dinegara Indonesia tetapi juga diseluruh dunia. Peristiwa 10 November 1945 merupakan bukti perjuangan rakyat Indonesia yang mempunyai semangat patriotic, mereka tidak menginginkan kekalahan ditangan para penjajah Belanda dan Inggris pada saat itu, tidak sedikit dari mereka yang gugur dalam perang tersebut. Kecintaan terhadap tanah air, bangsa dan Negara merupakan dorongan utama para pejuang Indonesia saat itu. Perjuangan para pahlawan dalam merebut dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia dilandasi kecintaan mereka terhadap tanah air, bangsa, dan Negara Indonesia. Perjuangan tersebut merupakan salah satu bentuk patriotism kala itu.
Sekarang ini perjuangan patriotisme secara fisik melawan penjajahan di Indonesia tidak ada lagi. Tetapi, perjuangan patriotisme dalam mengimplementasikan nilai pancasila dan UUD 1945 dalam kehidupan berbangsa dan bernegara perlu ditingkatkan. Pancasila yang berisi nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan serta keadilan seyogyanya menjadi dasar dalam menjalani kehidupan sebagai bangsa dan Negara Indonesia.
Ditransformasikannya nilai-nilai pancasila ke dalam butir-butir pasal UUD 1945 akan memudahkan seluruh komponen bangsa dan Negara Indonesia untuk melaksanakannya secara murni dan konsekuen. Secara yuridis konstitusional, patriotisme merupakan kewajiban bagi seluruh warga Negara Indonesia. Hal ini telah di tegaskan dalam UUD 1945 Pasal 30 Ayat (1) yang menyatakan bahwa setiap warga Negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pembelaan Negara. Berdasarkan rumusan Pasal 30 Ayat (1) seluruh warga Negara bukan hanya berhak untuk membela Negara Indonesia tetapi juga wajib menjadi patriot bagi Negara Indonesia.
Selain itu, meskipun saat ini Indonesia telah menjadi Negara merdeka, bukan berarti perjuangan bagi bangsa Indonesia telah selesai. Hal ini disebutkan para pendiri bangsa dalam pembukaan UUD 1945 Alinea kedua yang berbunyi “Dan perjuangan kemerdekaan Indonesia telah sampailah pada saat yang berbahagia dengan selamat sentausa mengantarkan rakyat Indonesia kedepan pintu gerbang kemerdekaan negara Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur”. Disebutkan bahwa Pejuang pergerakan kemerdekaan Indonesia telah mengantarkan rakyat Indonesia kedepan pintu gerbang kemerdekaan Negara Indonesia, hal ini menyiratkan bahwa perjuangan bangsa Indonesia belumlah selesai.
Kemerdekaan sebagai Negara yang berdaulat memang telah dicapai, namun sebagai Negara Indonesia yang memiliki tujuan untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraaan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia belum sepenuhnya tercapai. Tujuan tersebutlah yang harus diusahakan secara sukarela oleh para patriot bangsa dewasa ini sebagai perwujudan sikap dalam mengisi kemerdekaan untuk kepentingan bangsa dan Negara Indonesia.
Ada 2 (dua) bentuk Patriotisme
1. Patriotisme Buta (Blind Patriotism) : keterikatan kepada bangsa dan negara tanpa mengenal toleran terhadap kritik, seperti dalam ungkapan : “right or wrong is my country” (benar atau salah, apapun yang dilakukan bangsa harus didukung sepenuhnya).
2. Patriotisme Konstruktif (Constructive Patriotisme) : keterikatan kepada bangsa dan negara dengan tetap menjunjung tinggi toleran terhadap kritik, sehingga dapat membawa perubahan positif bagi kesejahteraan bersama.
Perwujudan sikap patriotisme dapat dilaksanakan pada :
1. Masa Darurat (Perang) : Sikap patriotism pada masa darurat (perang) dapat diwujudkan dengan cara : mengangkat senjata, ikut berperang secara fisik melawan penjajah, menjadi petugas dapur umum, petugas logistik, menolong yang terluka, dsb.
2. Masa Damai (Pasca kemerdekaan) : Sikap patriotism pada masa damai dapat diwujudkan dengan cara : menegakkan hukum dan kebenaran, memajukan Pemuda Panca Marga, memberantas kebodohan dan kemiskinan, meningkatkan kemampuan diri secara optimal, memelihara persaudaraan dan persatuan, dsb.
Semangat kebangsaan (Nasionalisme dan Patriotisme) dapat diterapkan di lingkungan keluarga, Pemuda Panca Marga dan masyarakat sekitar dengan cara melalui : Keteladanan, Pewarisan, Ketokohan.
Bangsa Indonesia adalah bangsa yang memiliki sejarah yang panjang. Mulai dari era kerajaan, penjajahan sampai kemerdekaan. Tentunya tak mudah untuk mencapai kemerdekaan, perjuangan yang kuatlah yang membawa bangsa ini mewujudkan cita – citanya. Peran serta seluruh rakyat Indonesia tak lepas dalam memperjuangkan dan memperoleh kemerdekaan. Sifat patriotisme adalah kunci untuk mempersatukan seluruh kalangan masyarakat Indonesia.
Kini, ketika globalisasi dan berkembangnya teknologi informasi telah mengakibatkan pudarnya rasa Patriotisme. Sungguh menyedihkan melihat semangat Patriotisme masyarakat Indonesia sekarang ini, jiwa masyarakat Indonesia telah terkontaminasi oleh budaya dari luar.
Soekarno dianggap paling mewakili semangat patriotisme Pemuda Panca Marga Indonesia di masanya. Baginya, martabat dan identitas diri sebagai bangsa merdeka sangat penting. Proklamator Kemerdekaan Indonesia lainnya, Bung Hatta pernah mengutip pandangan Prof. Kranenburg dalam Het Nederlandsch Staatsrech, “Bangsa merupakan keinsyafan, sebagai suatu persekutuan yang tersusun jadi satu, yaitu keinsyafan yang terbit karena percaya atas persamaan nasib dan tujuan. Keinsyafan tujuan bertambah besar karena persamaan nasib, malang yang sama diderita, mujur yang sama didapat, dan oleh karena jasa bersama. Pendeknya, oleh karena ingat kepada riwayat (sejarah) bersama yang tertanam dalam hati dan otak”.
Patriotisme Pemuda
Patriotisme pemuda Indonesia telah memiliki peranan penting dalam mengubah perjalanan sejarah bangsa. Mulai dari Sumpah Pemuda tahun 1928 hingga era reformasi 1998. Semuanya tak lepas dari peran pemuda pada saat itu
Semangat patriotisme Pemuda Panca Marga ini masih diperlukan kendati kemerdekaan Republik Indonesia telah memasuki usia yang ke 68 tahun. Bagaimana Pemuda Panca Marga saat ini membuktikan patriotismenya kepada bangsa dan negara ?
Menurut saya banyak cara yang bisa dilakukan para Pemuda Panca Marga untuk menunjukkan rasa patriotismenya. Yakni dengan mengisi kegiatan sehari-harinya dengan hal-hal yang positif dan berguna bagi dirinya sendiri, masyarakat dan bangsa. Seperti lewat kegiatan olahraga, seni, diskusi, seminar Generasi muda dan lain sebagainya.
Pemuda Panca Marga yang anti patriotisme adalah mereka-mereka yang melakukan hal-hal yang bertentangan dengan nilai-nilai kebangsaan, norma sosial dan agama serta yang dapat merugikan dirinya sendiri. Seperti mengkonsumsi narkotika dan obat-obatan terlarang, gemar minum minuman keras, pergaulan bebas dan sejenisnya adalah bentuk dari sikap anti
iotisme.
Seharusnya para Pemuda Panca Marga menerapkan prinsip Student Today, Leader Tomorrow. Maksudnya pemuda harus terus belajar meningkatkan kualitas dirinya, sehingga kelak dapat menjadi pemimpin yang baik. Karena Pemuda Panca Marga memiliki peran penting dalam membentuk jiwa patriotisme Generasi Muda
a
Manfaat sikap Patriotisme dalam Pemuda Panca Marga
Kita tahu patriotisme merupakan wujud sikap cinta tanah air. Pemuda Panca Marga yang baik adalah Organisasi Pemuda Panca Marga yang menyentuh aspek jiwa pada Patriotisme membawa kemajuan bangsa apalagi dalam bidang KePemudaan.
Sikap patriotisme, nasionalisme, dan hidup mandiri merupakan hal yang sangat penting. Karena akan membawa kemakmuran dan kemajuan suatu bangsa
Membangun Sikap Patriotisme Pada Personil Pemuda Panca Marga diharapkan dapat mendidik sumber daya manusia (SDM) Indonesia sejak dini agar memiliki jiwa patriotisme. Sebab jika kita menghayati dan memahami diri sebagai bagian dari bangsa kita perlu merenungkan bagaimana dapat menghentikan dan menyelamatkan bumi dan tanah air kita dari kehancuran. Sebab karena kelemahan dari sebagian masyarakat kita telah menyebabkan kehilangan banyak hal. Untuk itulah mulai sekarang kita harus berbenah diri, berusaha dan berjuang.
Program ini harus ditanamkan pada Personil Pemuda Panca Marga sejak dini. Dengan menanamkan sikap tersebut sejak dini sebagai generasi penerus kita mampu bertindak sesuai dengan nuraninya dan mampu membangun bangsa tanpa tergantung pada bangsa lain. Mengingat pentingnya hal tersebut sehingga harus diajarkan pada Personil Pemuda Panca Marga Sebab dapat memberikan dasar pengetahuan secara spiritual, emosional, dan intelektual dalam mencapai potensi yang optimal. Jika Personil Pemuda Panca Marga sudah diberikan dengan tepat sesuai dengan bakat dan lingkungan peserta maka lima atau sepuluh tahun ke depan negara kita akan memiliki aset SDM yang berkualitas dan tangguh sehingga dapat bersaing dengan bangsa lain dan memiliki keunggulan
Permasalahan Patriotisme Yang terjadi di Negara Kesatuan Republik Indonesia, sebagai berikut :
1. Rapat eks tahanan politik, komunis bebas berdiri, mencabut TAP MPRS no XXV tahun 1966
2. Indikasi liberal dengan pemberlakuan nilai baru demokrasi tanpa batas dan HAM
3. Tutuan klausul piagam Jakarta, untuk menjadikan Negara syariat islam, timbulnya Teroris
4. Multi partai yang gunakan azas tidak semua Pancasila
5. Format politik Negara yang tidak jelas dan diatur oleh Negara adikuasa
6. Banyak barang selundupan dan Banjir barang luar negeri
7. Banyak kekayaan alam yang dicuri dan dijual keluar negeri
8. Peraturan perburuhan melemahkan posisi pengusaha
9. Masuknya dana asing dengan dalih untuk membantu perekonomian
10. Menjamurnya mini market dari uar negeri
11. Peredaran VCD gambar porno, kekerasan, narkoba
12. Memutar balik sejarah
13. Berubahnya nilai sosial budaya (Film, Fashion, food dan friction)
14. Tidak adanya sopan santun antar sesama
15. Pemisahan pertahanan dan keamanan Negara
16. Embargo
17. Masuknya pesawat asing kewilayah NKRI
18. Masih ada yang tidak banyak yang tidak patuh pada peraturan / hukum : membuang sampah sembarangan, melanggar aturan lalu lintas, dll
19. Banyak yang tidak mencintai produk dalam negeri.
20. Perusakan fasilitas umum
21. Perkelahian antar warga, premanisasi
22. Munculnya raja-raja kecil
23. Lemahnya penegakan hukum
Jiwa Patriotisme
Jiwa seseorang yang mencintai atau membela tanah seorang pejuang sejati, dan suatu kerelaan untuk mengorbankan segala jiwa dan hartanya untuk kemajuan dan kejayaan bangsanya.
Ciri-ciri patriotisme, yaitu:
1. Cinta tanah air;
2. Menempatkan persatuan dan kesatuan bangsa dan negara di atas kepentingan kelompok dan individu;
3. Tidak kenal menyerah;
4. Rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan negara.
Sikap Patriotisme
Para pejuang bangsa kita juga memiliki sikap patriotisme. Para pahlawan pendahulu kita berjuang mengusir penjajah tentunya didasari oleh rasa cinta tanah air. Mereka tidak rela bangsanya diinjak-injak oleh para penjajah. Seperti yang sudah dicontohkan oleh Kapitan Pattimura dalam riwayat di atas. Sikap patriotisme tidak hanya dimiliki oleh para pahlawan bangsa. Sebagai warga negara yang baik kita pun harus memiliki sikap patriotisme. Siapa lagi yang mencintai bangsa ini kalau bukan kita, warga negara Indonesia? Perjuangan kita saat ini sudah bukanlah perjuangan melawan para penjajah. Setelah merdeka, justru tantangan semakin besar. Kita saat ini mesti berjuang melawan kemiskinan, kebodohan dan keterbelakangan. Sikap patriotisme dapat diwujudkan dalam banyak hal. Wujud sikap patriotisme antara lain sebagai berikut
1. Mencintai dan menggunakan produk dalam negeri
Mencintai dan menggunakan produk-produk dalam negeri merupakan bagian dari cinta tanah air. Dengan menggunakan produk dalam negeri berarti kita memberi keuntungan kepada warga Indonesia sendiri. Baik pembuatnya ataupun pedagangnya. Berarti juga memberi keuntungan kepada negara. Sebenarnya produk-produk dalam negeri tak kalah dengan produk luar negeri. Bahkan banyak produk-produk asli buatan Indonesia yang ditiru orang luar negeri
2. Tidak merusak lingkungan hidup
Lingkungan hidup haruslah dijaga kelestariannya. Merusaknya berarti kita tidak mencintai tanah air. Lingkungan hidup yang rusak akan merugikan manusia sendiri
3. Ikut serta memelihara Fasilitas umum
Fasilitas umum merupakan sarana yang disediakan oleh pemerintah untuk kebutuhan masyarakat. Contohnya adalah telepon umum, jembatan, halte, kereta api dan lain-lainnya. Jika kita merusak fasilitas umum akan merugikan orang lain dan negara. Kita sendiri juga tidak dapat menggunakannya lagi
4. Ikut Serta dalam Pembangunan bangsa
Negara kita harus terus membangun agar lebih maju dan kehidupan rakyatnya lebih baik. Bila kita ingin mencintai tanah air, maka kita harus ikut serta dalam pembangunan. Ikut serta dalam pembangunan bisa diwujudkan dengan taat membayar pajak, menjadi pegawai yang baik, dan sebagainya
5. Mentaati Peraturan yang ada
Peraturan dibuat agar masyarakat tertib dan nyaman. Jika kita melanggar peraturan akan merugikan diri kita sendiri. Bahkan orang lain dan negara juga akan dirugikan. Berarti jika kita melanggar peraturan berarti kita tidak cinta tanah air.
6. Melestarikan budaya bangsa
Budaya bangsa merupakan kekayaan bangsa. Menjaga keles-tarian budaya bangsa berarti mencintai bangsa dan tanah air. Kita harus bangga memiliki budaya bangsa yang beragam dan unik. Orang asing saja banyak yang mengagumi budaya bangsa kita. Termasuk melestarikan budaya bangsa adalah berbahasa Indonesia dengan baik dan benar
STRATEGI PENGUATAN PATRIOTISME DI ERA GLOBAL
Berdasarkan berbagai pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa semangat patriotisme sangat diperlukan dalam pembangunan bangsa agar setiap elemen bangsa bekerja dan berjuang keras mencapai jati diri dan kepercayaan diri sebagai sebuah bangsa yang bermartabat. Jati diri dan kepercayaan diri sebagai sebuah bangsa ini merupakan modal yang kuat dalam menghadapi berbagai tantangan dan hambatan di masa depan. Penguatan semangat patriotisme dalam konteks globalisasi saat ini harus lebih dititikberatkan pada elemen-elemen strategis dalam percaturan global. Oleh karena itu, strategi yang dapat dilakukan antara lain:
1. Penguatan peran lembaga-lembaga sosial kemasyarakatan dalam ikut membangun semangat patriotisme, terutama di kalangan Pemuda Panca Marga. Pemuda Panca Marga adalah elemen strategis di masa depan. Mereka harsu menyadari bahwa dalam era globalisasi, Pemuda Panca Marga dapat berperan sebagai subjek maupun objek.
2. Penguatan semangat dan patriotisme pada masyarakat yang tinggal di wilayah-wilayah yang dalam perspektif kepentingan nasional dinilai strategis, seperti: daerah perbatasan, kawasan industri strategis, daerah pertanian (logistik), serta daerah penghasil bahan tambang dan hasil hutan. Hal ini bisa dilakukan dengan memperkecil kesenjangan ekonomi, sosial, dan budaya di wilayah tersebut melalui berbagai program Pemuda Panca Marga dan pembinaan yang melibatkan peran masyarakat setempat.
3. Penguatan semangat patriotisme pada masyarakat yang hidup di daerah rawan pangan (miskin), rawan konflik, dan rawan bencana alam. Strategi ini dapat dilakukan dengan menyelenggarakan berbagai program yang diorientasikan pada peningkatan kesetiakawanan sosial dan partisipasi masyarakat.
4. Peningkatan apresiasi terhadap anggota atau kelompok masyarakat yang berusaha melestarikan dan mengembangkan kekayaan budaya bangsa. Demikian pula dengan anggota atau kelompok masyarakat yang berhasil mencapai prestasi yang membanggakan di dunia internasional. Apresiasi ini dapat dilakukan dengan pemberian penghargaan oleh negara dan kemudian prestasinya diangkat oleh media massa.
5. Peningkatan peran Pemerintah dan masyarakat NKRI dalam ikut berperan aktif dalam penyelesaian berbagai persoalan regional dan internasional, seperti: penyelesaian konflik, kesehatan, Pemuda Panca Marga, lingkungan hidup, dan lain-lain
Beberapa sifat para pahlawan dalam menumbuhkan, mempertahankan dan meningkatkan semangat Patriotisme dalam jiwa mereka, antara lain ;
1 Pengorbanan
Keistimewaan terbesar para pahlawan adalah pada hal ini, pengorbanan. Tentu kita ingat betapa banyaknya pertempuran yang telah terjadi dan memakan korban jiwa yang besar demi kemerdekaan bangsa dan negara kita ini. Seorang pahlawan dapat mengesampingkan ego, kepentingan pribadinya sendiri demi kepentingan banyak orang di bawah naungan Garuda. Hal ini tentu patut kita teladani dalam kehidupan kita sehari-hari dalam mengisi kemerdekaan negeri ini.
2 Kejujuran
Suatu bentuk kepahlawanan yang lain adalah kejujuran, yang banyak dianggap sepele namun memiliki arti yang sungguh besar bagi kelangsungan hidup bangsa dan negara.
Pahlawan adalah manusia yang jujur, jujur pada dirinya sendiri dan jujur pada khayalak umum. Jujur pada diri sendiri dalam arti bahwa ia akan membela bangsanya dengan cara apapun sesuai dengan kemampuannya. Pemuda Panca Marga seharusnyalah memiliki aspek ini, suatu aspek yang dibutuhkan setiap umat manusia.
3 Peduli lingkungan
Lingkungan berpengaruh besar terhadap kepribadian seseorang, tak terkecuali bagi para pahlawan. Secara sosial, pahlawan adalah orang yang berwawasan luas dan global, bertindak secara nyata dalam memperbaiki lingkungannya serta selalu ingin memberi yang terbaik bagi masyarakat sekitarnya.
Hal ini patut dimiliki Pemuda Panca Marga karena dengan kepedulian tentu lingkungan di sekitar kita menjadi lebih baik dari sebelumnya. Sebagai mahasiswa, mungkin kita dapat memulainya dari hal-hal kecil seperti peduli pada lingkungan di sekitar kita tercinta ini. Dengan begitu semangat patriotisme akan tumbuh membawa benih-benih cinta tanah air.
Semangat patriotisme tentu tidak dapat ditumbuhkan sekejap mata. Namun kita bisa mengupayakannya dengan mengenang dan meneladani jasa para pahlawan kita, dengan begitu kita dapat menjadi Pemuda Panca Marga yang dapat meneruskan cita – cita para pahlawan untuk negeri ini.
Hal lain yang bisa menumbuhkan jiwa patriotisme antara lain ;
1. Melestarikan kebudayaan Indonesia, tentunya kita pun harus bangga dan cinta terhadapnya.
2. Mencintai dan bangga akan produk – produk dalam negeri.
3. Ikut serta dalam pengembangan dan pembangunan negeri
4. Mengesampingkan sikap pluralisme.
5. Dan lain sebagainya.
Kegiatan-kegiatan yang mencerminkan jiwa patriotisme,di antaranya:
1. Mengikuti upacara hari besar kenegaraan
2. Mengikuti kegiatan bakti sosial. Misalnya menghapus corat coret, membantu yang kena musibah banjir, kebakaran, ikut mengatur lalu lintas, dll
3. Mengikuti kegiatan kepemudaan, seperti tagana, palang merah, dan kegaiatanyang diadakan KNPI, kesbangpol, dll
4. Mengikuti apresiasi seni budaya, dan melaksanakan kegiatan karnafal pada saat hari ulang tahun kemerdekaan, sumpah pemuda, hari pahlawan, dll
5. Ziarah ke makam pahlawan setiap hari pahlawan
6. Ikut mengamankan dan menertibkan kegiatan keagamaan
7. Melaksanakan study tour ke museum yang berisi sejarah tentang patriotisme atau kepahlawanan.
8. Membudidayakan buang sampah pada tempatnya
9. Disiplin atau tepat waktu datang disuatu acara.
10. Melestarikan Budaya Malu : tidak menyerobot lampu merah, lewat jalan penyeberangan
11. Mencegah terjadinya anarkhis, tawuran antar warga
12. Melaksanakan lomba baris berbaris, folk song / karaoke lagu-lagu daerah, tapak tilas para pejuang
13. Serminar masalah narkoba, penghayatan dan pengamalan Pancasila, perang modern, temu cepat dan lapor cepat
14. Pendidikan Sadar hukum
Semua patut prihatin dengan keadaan tanah air yang semakin hari – semakin berkurang sikap patriotismenya, yang sebenarnya dapat di atasi dengan langkah atau tindakan yang sifatnya menyeluruh. Yang paling utama dari dalam diri sendiri yang punya keinginan untuk merubahnya.
IDEALISME
Arti dari kata idealisme sendiri adalah suatu setandar kesempurnaan, Keunggulan, Keindahan, dan kebaikan, dapat juga diartikan sebagai objek tujuan sempurna dan hasrat untuk mencapai suatu keinginan, Dalam Filsafat idealisme doktrin yang mengajarkan bahwa hakikat dunia fisik hanya bias difahami dengan ketergantungan pada jiwa dan spitirit, Istilah ini diambil dari kata “idea” yang berarti jiwa. Secara mudah idealisme dapat diartikan sebagai cita-cita yang ingin dicapai oleh seseorang atau kelompok orang. Idealisme bukan sebarang cita-cita, namun cita-cita yang tinggi dan luhur, suatu nilai kebenaran dan harga diri, serta hasrat untuk mencapai hasil yang istimewa. Pada dasarnya setiap orang mempunyai idealisme, dan merupakan salah satu hal penting dalam hidup seseorang. Dengan idealisme orang dapat melakukan hal yang luar biasa, bertahan pada suatu prinsip yang diyakini bahkan rela hidup menderita demi mempertahankan pandangan dan kehormatan. Untuk apa mempertahankan idealisme? Jawabnya, untuk mendapatkan kepuasan jiwa yang begitu mahal harganya. Kepuasan dan kebahagiaan itu, tentu saja tidak dapat diukur dengan nilai uang atau materi.
Idealisme—bisa kita maknai sebagai sebuah tanaman yang kita pelihara mulai dari bibit. Menanamkannya pada tempat yang subur, menyiram dan memberinya pupuk sebagai sumber kehidupan. Membasmi hama sebagai bentuk pengganggu yang hanya menyebabkan kerusahakan pada daun, batang, dahan—ataupun akarnya. Dan bila suatu saat sang pohon sudah besar dan membutuhkan ruang aktualisasi pengembangan dirinya. Kita pun tak punya tak banyak pilihan selain harus memotong sebagian ranting agar tak menyebabkan kecelakaan orang yang berteduh—mengembangkan diri sang pohon tak harus dengan membunuhnya hanya alasan nilai ekonomis. Melainkan membiarkan dia terus tumbuh dan memberi kesejukan bagi banyak orang. Idealisme merupakan bentuk proses yang tidak berjalan secara tiba-tiba. Ia merupakan sekumpulan proses yang akhirnya memberikan suara dalam diri untuk bisa memberi arah dan dentuman hati—pohon yang menyejukkan bagi banyak orang
Idealisme dapat juga mengarah ke nasionalisme, jika seorang idealis menginginkan negara dan bangsanya bersatu dan maju menjadi bangsa yang ideal. Para pahlawan kemerdekaan Indonesia merupakan sosok yang idealis, mereka dengan tegas menantang para penjajah, tidak mau disuap dan berkompromi dengan para penjajah yang sampai sekarang masih menjajah Indonesia secara tidak langsung melalui pengerukan dan pemanfaatan kekayaan alam Indonesia. Idealisme juga selalu diserukan Pemuda Panca Marga saat berorasi. Sebagai agent of change dan social control, Pemuda Panca Marga memerlukan idealisme untuk melaksanakan peranannya itu. Di dalam Organisasi Pemuda Panca Marga pun idealisme itu sangat penting untuk mempertahankan keilmiahan suatu penelitian, menciptakan kreatifitas dari pemikiran, ide, dan logika kita yang akan menuju ke arah ideal.
Gaya atau jalan seorang idealis tidak harus keliatan “baik” atau “sempurna” walaupun arah dan tujuannya menuju kesempurnaan.
Idealisme adalah suatu keyakinan atas suatu hal yang dianggap benar oleh individu yang bersangkutan dengan bersumber dari pengalaman, pendidikan, kultur budaya dan kebiasaan. Idealisme tumbuh secara perlahan dalam jiwa seseorang, dan termanifestasikan dalam bentuk perilaku, sikap, ide ataupun cara berpikir.
Pengaruh idealisme tidak hanya terbatas pada tingkat individu, tapi juga hingga ke tingkat negara. Nilai-nilai idealisme yang mempengaruhi individu contohnya adalah keyakinan mengenai pola hidup, nilai-nilai kebenaran, gaya mengasuh anak, karir dan lain sebagainya. Sedangkan idealisme pada tingkatan negara adalah seperti Ideologi Pancasila, komunisme, liberalism dan masih banyak lagi.
Idealisme pada dasarnya adalah perubahan, terlepas dari apakah perubahan itu baik atau buruk. Contohnya adalah Soekarno. Pada masa mudanya, Soekarno sudah terbiasa diperlihatkan pemandangan betapa anak negeri ini (kaum pribumi) diperbudak oleh penjajah Belanda. Lingkungannya pun (lingkungan terpelajar dan priyayi) sudah menganggap bahwa hal itu adalah biasa. Lalu ketika dia beranjak dewasa, dia menyadari bahwa ini semua salah dan dia mulai melawan arus “realistik” penjajahan, dan mulai mengkampanyekan idealisme kebebasan (kemerdekaan) bangsa Indonesia.
Sebutlah semua orang atau pemimpin besar di bumi ini, maka orang tersebut pada awalnya selalu mempunyai idealismenya sendiri yang pada akhirnya menghantarkannya kepada kesuksesan. Atau mungkin jika ingin menggunakan pembuktian terbalik: coba anda carilah pemimpin atau orang besar dunia yang tidak punya idealisme, itupun kalau anda bisa menemukannya.
Idealisme adalah sumber perubahan. Perubahan terjadi karena tidak adanya kepuasan terhadap kondisi terkini, perubahan terjadi karena ada “kesalahan” atas suatu hal, perubahan dapat dilakukan hanya bila ada keberanian, dan keberanian untuk melakukan perubahan merupakan implementasi nyata dari idealisme.
Namun perlu diperhatikan juga bahwa idealisme tidak bisa berdiri sendiri. Idealisme juga memerlukan realisme. Idealisme dan sikap realistik bagaikan dua sisi mata uang yang saling melengkapi satu sama lain secara absolut. Tanpa adanya sikap realistik, idealisme hanya akan menjadi angan-angan utopis: bagaikan mimpi di siang bolong. Sikap idealis tanpa sifat realistis hanya akan menjadi bunga tidur dalam kehidupan yang tidak lebih baik dari khayalan orang sakit jiwa.
Perlu ada keseimbangan koheren antara sifat idealisme dan realistis agar menjadi manusia seutuhnya. Sikap realistis diperlukan untuk memahami dan menginsyafi kondisi riil di lapangan. Sedangkan sikap idealis diperlukan untuk memperbaiki atau menyempurnakan kekurangan yang terjadi dalam realita. Tidak mungkin seorang manusia hanya mengikuti arus (realistis) selama-lamanya, atau hidup akan menjadi statis. Tidak mungkin juga seorang manusia hanya mengutamakan idealismenya semata dengan mengacuhkan realita kalau tidak ingin dikatakan seorang pemimpi.
Adakah sesuatu yang menggerakkan mereka untuk berbuat itu semua? Jawabannya adalah karena idealisme yang tertanam di kepala mereka sebagai akibat proses interaksi alam pikiran mereka yang tajam dengan realita di masyarakat. Mereka tergerak dan segera sadar bahwa mereka telah sedang menjalani masa-masa yang tidak sesuai dengan kerangka kehidupan yang digariskan oleh Allah. Penjajahan dan segala bentuk penindasan yang didukung oleh pengkhianatan adalah sebuah kondisi yang akan melahirkan generasi-generasi emas yang kokoh terhadap idealismenya. Dan demikianlah Soekarno hidup dan menjalani hari-hari kehidupannya dengan idealismenya yang luar biasa. Hingga suatu saat kita patut menangis karena idealismenya tidak dapat termanifestasikan akibat segelintir orang-orang yang telah berkhianat terhadap ibu pertiwi ini.
Ada apa dengan idealisme sehingga orang berbondong-bondong meyakini ”Hidup Susah dengan Idealisme”? Ada banyak godaan yang membuat seseorang meninggalkan idealismenya, terutama godaan duniawi materialistik. Siapa yang tidak suka hidup enak dan mudah sekalipun itu mesti ditukar dengan ”cita-cita”?
Apa ada orang yang tidak punya cita-cita untuk hidupnya? Semua orang tentu punya. Setiap cita-cita yang kta ucapkan adalah cerminan tujuan hidup kita. Hanya saja, memang tujuan hidup setiap orang berbeda-beda. Seberapa jauh kita melenceng dari tujuan kita atau seberapa kuat kita bertahan untuk tetap sampai ke tujuan kita, di sinilah idealisme bermain. Tetap ideal artinya tetap pada apa yang kita tuju, yang berupa patokan-patokan yang kita anggap sempurna. Dan ketika kita dihadapkan pada istilah ”sempurna”, bukankah kita dihadapkan pada kenyataan tentang diri kita sendiri bahwa tidak ada manusia yang sempurna? Jadi, apakah idealisme itu masih bisa diwujudkan?
Jawabnya adalah ya. Inilah yang membedakan antara mereka yang menyerah dan mereka yang tetap terus.
Sayyid Qutb mengatakan bahwa orang yang hidup bagi dirinya sendiri akan hidup sebagai orang kerdil dan mati sebagai orang kerdil. Tapi orang yang hidup bagi orang lain akan hidup sebagai orang besar dan mati sebagai orang besar.
Sebagaimana yang diberitakan dalam hadist nabi bahwa manusia yang paling baik adalah yang bermanfaat bagi sesamanya. Seperti apakah tujuan hidup kita sehingga idealisme kita adalah demi kebahagiaan bersama? Inilah yang kemudian juga membedakan antara mereka yang menjadi pahlawan dan mereka yang menjadi pengecut.
Akar Idealisme
Idealisme sebagai suatu pekerjaan besar tidak akan terwujud tanpa usaha-usaha luar biasa. Usaha yang luar biasa adalah respon terhadap stimulus yang berupa tantangan zaman, tantangan kehidupan yang tidak remeh. Namun, tidak semua orang menyadari tantangan zaman tersebut dan berperilaku untuk tujuan-tujuan jangka pendek dan untuk kepentingan pribadi.
Idealisme tidak tumbuh sekejab mata, artinya ada proses panjang, ada sosialisasi dan internalisasi pengetahuan. Maka, dalam proses ini faktor pendidikan sangat penting, terutama yang dilakukan oleh orangtua dan guru di sekolah.
Orang tua dan guru adalah orang-orang yang paling dekat bagi kita dan menjadi sosok yang sangat besar pengaruhnya pada diri kita. Setiap tindak tanduknya pada kita kita saksikan dan kita interpretasi sehingga tidak disadari mereka menjadi model bagi perilaku kita. Kita tahu betapa berharganya teladan yang mereka berikan dan kita kagum pada perilaku-perilaku mereka yang luar biasa. Rasa kagum itu menumbuhkan niat dalam diri bahwa kita ingin seperti mereka dan muncul pertanyaan apakah kita bisa seperti mereka? Dari sini muncul motivasi sehingga kita secara sadar memilih hidup sebagaimana sosok yang kita kagumi dan senantiasa mengembangkan potensi diri untuk mencapainya.
Batang Idealisme
Apa arti suatu motivasi tanpa keberanian untuk mewujudkannya dalam perilaku nyata. Berani adalah berhati mantap dan rasa percaya diri yang besar dalam menghadapi kesulitan.
Mewujudkan idealisme bukan hal sesederhana membalik telapak tangan. Banyak hal yang menggoda kita untuk meninggalkan idealisme, banyak hal yang menghambat pencapaian kita, tantangan dari orang lain yang meremehkan kita, kondisi diri dan lingkungan yang serba kekurangan, dan tidak adanya rekan untuk mewujudkan cita-cita besar, semua itu cukup dapat membuat kita berhenti. Keberanian ada karena kita sadar dalam menentukan apa yang akan kita ambil sebagai tujuan hidup. Keberanianlah yang membuat kita terus maju karena kita sadar bahwa cita-cita besar dibeli dengan harga yang tidak sedikit.
Keberanian perlu ditemani dengan kesabaran yang besar. Keberanian akan membuat kita maju, tetapi kesabaran itulah yang akan membuat kita tetap ada dalam keberanian itu. Sabarlah yang membuat kita tahan dalam menghadapi semua hambatan yang kita peroleh sepanjang jalan mewujudkan idealisme.
Menyuburkan Idealisme
Pemuda Panca Marga membutuhkan idealisme dalam perilaku setiap anggotanya, perilaku kita semua. Perilaku mulia dan cita-cita yang sempurna pantas untuk diperjuangkan dengan yakin, semangat dan optimis. Mungkin satu-satunya pertanyaan kita kali ini adalah bisakah tujuan mulia itu diwujudkan oleh Pemuda Panca Marga yang serba kekurangan di dunia yang sama serba kekurangan ini? Dari mana kita tahu sesuatu itu buruk jika kita belum pernah mengetahui yang baik?
Sesungguhnya keadaan yang baik itu ada di dunia ini. Kebanyakan dari kita yang menganggap yang baik-baik itu hanya terjadi di masa lalu dimana dunia belum terlalu rusak dan menganggap yang baik-baik itu hanya milik orang-orang di masa lalu (hari ini tidak banyak lagi).
Apa yang yang kebanyakan kita terima dari lingkungan melemahkan idealisme tersebut. Dari dunia hiburan, bisa kita saksikan apa yang disajikan di televisi dan bacaan-bacaan. Banyak sekali hiburan yang tidak mendidik dan menginspirasi cita-cita besar. Dari dunia politik, tidak banyak para politisi yang memberika teladan perilaku berpolitik yang baik. Dari dunia pendidikan, peran guru sebagai tokoh kunci pembangunan bangsa semakin luntur karena motif-motif pragmatis dan keuntungan materi. Dan masih banyak lagi informasi-informasi negatif yang kita terima. Hanya sedikit hal yang mampu menginspirasi kita dan yang sedikit itu sangat berharga.
Sebagaimana tidak semua orang masuk surga, tidak semua orang pula memegang idealisme. Perjuangan mencapai cita-cita mulia hanya dilakukan oleh segelintir orang. Tetapi ada sebuah nasihat indah bahwa kekuatan itu tidak terletak pada jumlah. Kekuatan itu ada pada keyakinan. Ketika kita yakin pada apa yang kita perjuangkan, Tuhanlah yang akan menguatkan kita.
Ada apa dengan pergerakan Pemuda Panca Marga masa kini?
Secara makna, pergerakan dapat diartikan sebagai suatu aktivitas yang memberikan dampak perubahan. Pergerakan sejatinya mendarah daging dalam tubuh pemuda khususnya Pemuda Panca Marga. Sebagai Keturunan para pejuang Kemerdekaan, Pemuda Panca Marga dituntut untuk berpikir kritis dan tanggap terhadap segala masalah yang berada disekitarnya. Karena itu, tidak mengherankan bahwa hanya Pemuda Panca Marga yang memiliki fungsi agent of change, moral force, social control, dan iron stock. Sejarah telah membuktikan bahwa pergerakan Pemuda Panca Marga telah memberikan banyak perubahan bagi wajah bangsa ini.
Namun bagaimanakah kita mempersepsikan pergerakan Pemuda Panca Marga itu sendiri?
Apakah dia bersifat stagnan dan hanya bermodalkan keberanian seorang Pemuda Panca Marga saja? Lalu bagaimana hubungan gerakan Pemuda Panca Marga dengan fungsi Pemuda Panca Marga itu sendiri? Sebelum melihat potret pergerakan Pemuda Panca Marga saat ini, perlu kita melihat hakikat dari fungsi Pemuda Panca Marga.
Pemuda Panca Marga Sebagai Agent of Change(Agen Perubahan)
Pemuda Panca Marga sejak lahir tahun 1981 sampai dengan saat ini, fungsi agent of change oleh Pemuda Panca Marga memiliki dampak yang luar biasa. Sesungguhnya, fungsi agent of change adalah kontribusi bagi perubahan menuju arah yang lebih baik lagi. Sehingga maknanya menjadi sangat luas. Kontribusi bagi perubahan dapat dilakukan dengan berbagai cara sesuai dengan passion masing-masing. Dari sinilah potensi dapat dimaksimalkan. Setiap potensi yang dimiliki haruslah digunakan sesuai dengan koridor fungsi Pemuda Panca Marga itu sendiri.
Pemuda Panca Marga Sebagai Iron Stock
Pemuda Panca Marga selain sebagai Keturunan para pejuang Kemerdekaan, juga sebagai bagian dari masyarakat. Karena itulah, Pemuda Panca Marga yang akan diberikan amanah sebagai pemimpin bangsa dimasa yang akan datang untuk menggantikan pemimpin yang lama. Fungsi iron stock berarti Pemuda Panca Marga sebagai calon pemimpin bangsa yang memiliki mental layaknya baja. Dia memiliki keberanian untuk mengungkapkan idealismenya. Kekuatan idealisme, merupakan bagian dari keutamaan karakter. Sebuah karakter memiliki satu nilai yang sangat agung dan karakterlah yang memberikan warna tersendiri dalam diri Pemuda Panca Marga.
Pribadi yang berkarakter dapat dibangun dengan meningkatkan wawasan untuk menganut sebuah nilai dan memiliki kekuatan untuk mempertahankan nilai tersebut. Tentunya nilai-nilai yang diharapkan adalah nilai luhur yang berkarakter bangsa. Kita mempunyai satu nilai yang tak ternilai harganya yaitu Pancasila. Dari sinilah, Pemuda Panca Marga mengimplemetasikan nilai tersebut sebagai modal kepemimpinan masa depan.
Pemuda Panca Marga Sebagai Social Control
Satu hal yang tidak boleh hilang dalam pribadi Pemuda Panca Marga; yaitu sikap kritis dan tanggap terhadap permasalahan sosial di sekitarnya. Ketika ada satu kebijakan yang tidak sesuai dengan nilai bangsa, Pemuda Panca Marga melakukan fungsi kontrol sosial agar kebijakan tersebut kembali lagi pada koridor yang seharusnya.
Sikap kritis dapat dibangun dengan meningkatkan kesadaran melalui wawasan dan penanaman nilai. Dia tidak dapat dibangun begitu saja, melainkan membutuhkan waktu yang cukup panjang dan berimplikasi pada persoalan karakter yang melekat dalam diri Pemuda Panca Marga. Dia harus dibangun secara perlahan-lahan seperti tetesan air yang melubangi batu dalam waktu yang lama.
Pemuda Panca Marga Sebagai Moral Force
Sangat berbahaya jika penyakit hedonisme mewabah dalam diri Pemuda Panca Marga. Dampaknya adalah hilangnya moral dan kepedulian Pemuda Panca Marga. Kecintaan berlebih pada duniawi inilah yang menghilangkan moralitas Pemuda Panca Marga. Moral merupakan tonggak kehidupan. Dia bagaikan akar pohon yang harus kokoh untuk menopang beban diatasnya.
Pemuda Panca Marga sebagai Moral Force, sudah sepatutnya gerakan moralitas menjadi hal yang utama dilakukan untuk perbaikan bangsa. Kita akan menjadi bangsa yang berjaya apabila bangsa kita memiliki nilai moral yang sangat tinggi.
Agar lebih memperjelas fungsi Pemuda Panca Marga, mengutip perkataan Hasan Al-Banna dalam Risalah Pergerakan Ikhwanul Muslimin, “Sesungguhnya, sebuah pemikiran itu akan berhasil diwujudkan manakala kuat rasa keyakinan kepadanya, ikhlas dalam berjuang di jalannya, semakin bersemangat dalam merealisasikannya, dan kesiapan untuk beramal dan berkorban dalam mewujudkannya. Sepertinya keempat rukun ini, yakni iman, ikhlas, semangat, dana amal merupakan karekter yang melekat pada diri pemuda, karena sesungguhnya dasar keimanan itu adalah nurani yang menyala, dasar keikhlasan adalah hati yang bertaqwa, dasar semangat adalah perasaan yang menggelora, dan dasar amal adalah kemauan yang kuat. Itu semua tidak terdapat kecuali pada diri para pemuda.”
Setidaknya kita dapat melihat karakter khas pemuda (Pemuda Panca Marga) yang ditafsirkan oleh Hasan Al-Banna. Karakter itu diwujudkan melalui rukun yang harus dilaksnakan yaitu; keimanan yang kokoh, keikhlasan dalam hati, semangat yang tak pernah padam, dan realisasi dalam amal. Keempat rukun tersebut dapat menjadi modal dalam menjalan fungsi Pemuda Panca Marga. Karena pada hakikatnya, keutamaan dan kekuatan karakter adalah perpaduan intelektual, emosional dan spiritual.
Pergerakan Pemuda Panca Marga Masa Kini
Pergerakan Pemuda Panca Marga sejatinya merupakan upaya perbaikan bangsa agar terciptanya idealisme dan tata masyarakat yang lebih baik. Sejak dulu, pergerakan Pemuda Panca Marga selalu berbenturan dengan kekuasaan otoritarian bertangan besi. Situasi yang sangat represif menyebabkan tekanan yang sangat besar bagi pergerakan Pemuda Panca Marga saat itu. Tidak mengherankan, kader-kader militan bermunculan ketika itu.
Bagaimanakah potret pergerakan Pemuda Panca Marga saat ini? Apakah idealisme dan semangat itu masih ada? Sejak runtuhnya orde baru, Indonesia memasuki masa demokrasi yang cenderung liberal. Ketika kekuasaan ototritarian itu tidak ada, pergerakan Pemuda Panca Marga memiliki kesempatan untuk melebarkan sayap seluas-luasnya. Namun, benarkah liberalisasi demokrasi menjadikan pergerakan Pemuda Panca Marga semakin meluas?
Ternyata, menurut anggapan, liberalisasi membuta pergerakan Pemuda Panca Marga melemah. Apalagi globalisasi membuka peluang besar bagi penyakit hedonisme mewabah dikalangan pemuda. Mereka dibuat lupa dan terperangkap dalam penjara kenikmatan sesaat. Semua hal tentang fungsi Pemuda Panca Marga dilupakan dan hilang sikap kritis dan idealismenya. Pergerakan Pemuda Panca Marga kini hanya dilakukan dengan sadar oleh sebagian kecil dari anggota Pemuda Panca Marga. Mereka yang memiliki kesadaran, terbangun dan tergerak bahwa sesungguhnya musuh bangsa saat ini adalah penjajah pemikiran yang merubah tata nilai. Apakah kita sadar bahwa ideologi pancasila kini tidak menjadi pola pikir masyarakat? Kenyataannya adalah ideologi pancasila semakin bergeser. Bukan lagi demokrasi pancasila melainkan sebagian besar demokrasi liberal yang semakin berkembang.
Atas dasar masalah inilah pergerakan Pemuda Panca Marga harus semakin dimasifkan. Hal ini semata-mata dilakukan untuk menyadarkan Pemuda Panca Marga akan fungsinya dalam masyarakat. Bangsa ini membutuhkan kader pemuda yang menjadi batu-bata peradaban. Sebuah generasi perubah untuk bangsa Indonesia yang lebih bermoral dan sejahtera. Memunculkan negarawan berkarakter yang siap membela tanah air.
Mengutip pesan Hasan Al-Banna kepada para pemuda, “Sesungguhnya banyak kewajiban kalian, besar tanggung jawab kalian, semakin berlipat hak-hak umat yang harus kalian tunaikan, dan semakin berat amanat yang terpikul di pundak kalian. Kalian harus berpikir panjang, banyak beramal, bijak dalam menentukan sikap, maju untuk menjadi penyelamat, dan hendaklah kalian mampu menunaikan hak-hak umat ini dengan sempurna.”
Musuh Besar Seorang Idealisme Ada di Dirinya sendiri
Idealisme, siapa yang tidak bergetar mendengar atau membaca tentang sebuah idealisme. Idealisme identik sekali dengan seseorang yang sangat kuat dengan keyakinan dan kebenarannya, seseorang yang tak pernah menyerah mempertahankan keyakinannya dengan jalan kebenaran yang dia miliki. Jika melihat ke dalam epistemologinya, Idealisme sendiri berasal dari kata ide yang artinya adalah dunia di dalam jiwa ( Plato ), dimana pandangan ini sangat bertumpu pada sebuah ide manusia.
Idealisme membuat seseorang berani dalam melangkah di kehidupannya karena ada suatu keyakinan yang kuat di dalam hatinya yang berlatar belakang entah itu dari pengalaman pribadinya ataupun hasil dari konstruk pikiran yang tercipta dari buku yang dia baca ataupun pemikirannya sendiri. Hal ini akan membuat suatu simbiosis menjadi tindakan atau sikap dalam kehidupannya yang akan membuahkan sebuah cara berpikir seseorang dan bisa juga suatu prinsip hidup manusia.
Banyak yang berpikiran negatif dengan orang yang memiliki idealisme tinggi. Masih banyak orang yang menyamakan suatu keidealismean seseorang dengan sebuah sifat yaitu keras kepala ataupun ingin menang sendiri. Karena mereka mungkin mengaanggap bahwa orang idealis itu orang yang sok benar, sok yakin dengan ide yang mereka pikirkan. Mungkin hal ini bisa dibenarkan oleh beberapa orang tapi mungkin juga tidak, banyak yang ingin melakukan konspirasi untuk melawan sebuah keidealismean ini, konspirasi untuk melawan seseorang dengan kesetiaan terhadap ide dan jalan kebenaran mereka, musuh besar seorang idealisme itu adalah perasaan.
Perasaan adalah hal yang sangat sensitif dalam kehidupan manusia karena berkaitan langsung dengan hati, perasaan mempunyai tempat yang mutlak dalam kehidupan manusia itu sendiri. Inilah yang sering membuat idealisme seseorang goyah karena perasaan memiliki mata pisau yang tajam yang siap untuk membantai. Bagaimana tidak, seorang idealisme akan goyah apabila perasaan mereka sedang berada di titik ketidakstabilan. Mereka yang berada dalam situasi yang mengancam kehidupan mereka akan langsung menghentikan perjuangan ide mereka karena perasaan mereka mengatakan itu adalah suatu ancaman yang akan membunuh mereka.
Sebetulnya orang-orang yang tidak menyukai seorang idealisme mengerti akan hal ini, mereka menyerang seorang idealisme melalui jalan perasaan. Seorang idealisme yang labil akan linglung antara pemikiran dan perasaan mereka. Dan mereka yang lemah akan kalah dengan perasaan mereka karena perasaan memiliki dorongan yang kuat daripada akal dan pikiran mereka. Perasaan akan mendominasi ketika situasi itu semakin mengancam dan akan membawa ke dalam suatu ketakutan yang akut dan akhirnya pikiran dan idepun itu akan bertekuk lutut kepada perasaan dan akhirnya seorang idealisme itu akan membangkang sendiri dari jalan keyakinan idenya tersebut.
Jadi, tidak heran apabila di zaman sekarang ini sangat sulit sekali menemukan orang yang benar-benar idealisme, bukan orang-orang yang sekedar berkata Saya Idealis dan saya akan berjuang dengan pemikiran. Tapi toh kenyataannya mereka menjadi kucing manja ke dalam situasi yang mengancam mereka. Idealisme telah habis, yang ada hanya kata pengantar dari idealisme bukan isi dan maknanya.
“ MUSUHMU ADA DI DALAM DIRIMU SENDIRI”
Mari kita mengingat bagaimana bung Karno selalu memotivasi bangsa Indonesia untuk menjadi bangsa yang mandiri, berdikari dan terhormat. Kita ingat pula bagaimana seorang Natsir mencontohkan kesederhanaan luar biasa, sampai-sampai para pegawainya di kantor kementrian penerangan melakukan iuran untuk membelikan pakaian yang pantas buat sang menteri.
Adakah itu pada jiwa-jiwa pemimpin kita saat ini? Mungkin yang pasti ada adalah paradoks yang teramat menyakitkan atas sejarah kita. Kiranya sebagian besar kita benar-benar lupa dengan pesan bung Karno tentang jas merah, jangan sekali-kali melupakan sejarah. Tak heran jika sekarang negeri kita menjadi negeri yang selalu meminta karena terlalu banyak memberikan cuma-cuma kepada asing atau mungkin terlalu bodoh sehingga mudah kemasukan pencuri. Atau memang kita menikmati kebodohan ini dan rela dengan harga diri yang rendah? Pahit rasanya dan selayaknya tak demikian.
Masih Ada Waktu
Serasa menulis kembali lagunya Ebiet G. Ade. Tetapi memang demikian adanya, kita masih punya waktu untuk memperbaiki kondisi sekarang. Jika memang kita menyadari bahwa idealisme kita mulai redup. Maka kembalikan cahayanya dengan menelusuri jalan-jalan perjuangan di masa lalu. Empat belas abad silam atau mungkin sebelumnya cahaya itu telah hadir di dunia ini, dan setiap masa akan selalu ada yang memperjuangkannya. Mengapa kita masih saja bangga dengan ketenangan dan kenyamanan kita saat ini?
Mari segera istighfar dan bersujud untuk memohon ampunan atas kelalaian kita hari ini. Kemudian kita bangkit bergerak dan berlari. Bercita-cita dan bermimpi untuk Indonesia yang lebih baik. Kita bangun kembali idealisme kita. Kita pancang kembali tekad perjuangan kita. Kita sambut erat tangan kawan-kawan kita. Mungkin kita berbeda, berseteru dan akan berdebat, tetapi tidakkah contoh Soekarno dan Natsir dapat menjadi referensi buat kita bagaimana berdamai dengan perbedaan di negeri yang majemuk bersemboyan Bhineka Tunggal Ika ini. Sebuah representasi idealisme dan sikap negarawan sejati. Sebuah jiwa mulia yang merindukan perubahan bangsanya menuju titik yang lebih baik. Bagaimanapun sulitnya, masih ada waktu.
Kiranya kita perlu merenungkan kata-kata Rasulullah kepada pamannya ketika diminta menghentikan dakwah oleh para pembesar Quraish. “Andai matahari kau letakkan di tangan kananku, bulan pula ditangan kiriku, bagiku untuk melepaskan beban yang kubawa ini, sekali-kali tidak”. Bukankah ini sebuah tekad dari seorang manusia terbaik yang sangat dekat dengan tuhannya untuk terus menjaga idealismenya. Beliau tahu bahwa meninggalkan dakwah hakikatnya mengkhianati apa yang telah diyakininya selama ini. Ini adalah bukti idealisme dan akhirnya terjawablah hari ini apa yang beliau pegang kuat itu.
Sebagai keluarga Besar Pemuda Panca Marga, maka mari senantiasa bertanya pada diri kita. Masihkah kita memegang idealisme kita hari ini? Jawablah dengan lantang. Dan jangan lupa untuk menuliskan butir-butir idealisme kita. Tuliskan dengan jelas dan tunjukkan kepada yang lain. Mungkin suatu saat kita memang bisa tergelincir. Tapi yakinlah ketika ada sahabat-sahabat kita yang pernah mengerti tentang idealisme kita, mereka akan menjadi pengingat kita suatu saat. Jangan pernah meredup. Tetaplah genggam idealisme kita. Seiring berjalannya waktu, bertambahnya ilmu, dan bertambahnya umur. Sanggupkah kita? Kita buktikan!
SOLIDARITAS
Solidaritas adalah rasa kebersamaan, rasa kesatuan kepentingan, rasa simpati sebagai salah satu anggota dari kelas yang sama atau bisa diartikan perasaan atau ungkapan dalam sebuah kelompok yang dibentuk oleh kepentingan bersama.
Solidiritas memiliki arti integrasi, tingkat dan jenis integrasi, ditunjukan oleh masyarakat atau kelompok dengan orang dan tetangga mereka, Hal ini mengacu pada hubungan dalam masyarakat, hubungan sosial bahwa orang-oarang mengikat satu sama lain.
Solidaritas adalah kesepakatan bersama dan dukungan: kepentingan dan tanggung jawab antar individu dalam kelompok, terutama karena diwujudkan dalam dukungan suara bulat dan tindakan kolektif untuk sesuatu hal.
Apa yang membentuk dasar dari solidaritas bervariasi antara masyarakat. Dalam masyarakat sederhana mungkin terutama berbasis di sekitar nilai-nilai kekerabatan dan berbagi. Dalam masyarakat yang lebih kompleks terdapat berbagai teori mengenai apa yang memberikan kontribusi rasa solidaritas sosial.
Pembagian Solidaritas.
Dalam Kelompok sosial dapat diklasifikasikan dengan pandangan-pandangan tertentu, salah satunya kelompok sosial diklasifikasikan menurut rasa solidaritas antar anggotanya. Sehingga secara umum solidaritas dapat dibagi menjadi dua, yaitu:
a. Solidaritas Mekanik adalah solidaritas yang muncul pada masyarakat yang masih sederhana dan diikat oleh kesadaran kolektif serta belum mengenal adanya pembagian kerja diantara para anggota kelompok. (Masyarakat Pedesaan).
Solidaritas mekanik yang mengarah pada problem transisi dari tradisional ke modern. Ia mencirikan “solidaritas mekanis” masyarakat tradisional sebagai solidaritas yang tergantung pada “keseragaman” anggota-angotanya, yang mana dalam kehidupan bersamanya diciptakan bagi keyakinan dan nilai-nilai bersama. Dalam kondisi solidaritas mekanis, menurutnya “individualitas tak berlaku” sebab “kesadaran individual” tergantung pada kolektif dan mengikuti pada geraknya. Jadi, solidaritas mekanis lebih memberi peluang seluas-luasnya bagi kebersamaan tanpa batas.
Dengan begitu logika individual begitu saja terenyahkan. Tiada keputusan individu untuk mewarnai keputusan kolektif. Hukuman hanya ada pada masyarakat kolektif. Proses penyeragaman ini menjadikan masyarakat tradisional semakin kecil kesempatannya untuk sekedar membuat keputusan individual
Sebelum menuju uraian terkait solidaritas organik, alangkah baiknya manakala terlebih dahulu menguraikan hal yang mencirikan masyarakat komplek dalam arus modernitas. Karena soidaritas organik nantinya akan beroperasi pada masyarakat komplek. Masyarakat komplek adalah kebalikan dari ciri-ciri dari masyarakat sederhana. Masyarakat-masyarakat komplek mempunyai wilayah-wilayah yang luas dan rapat penduduk, dengan berbagai macam kelompok yang tersusun beraneka ragam. Sebagai ganti tersegmentasi, masyarakat komplek sejak awal terintegrasi dalam arti bahwa bagian-bagian mereka bergantung satu sama lain pada dukungan timbal-balik, sehingga masyarakat-masayarakat itu lebih bersifat “organis” daripada “mekanis”
Didalam masyarakat-masyarakat kompleks rancangan-rancangan institusional disepesialisasikan sehingga sejenis institusi keluarga, religius, pendidikan, politis, dan ekonomis, menjadi lebih tampak jelas dan demikian juga setiap jenis institusi menjadi kurang pokok bagi setiap anggota masyarakat itu. Individu-individu tidak lagi dibawah kontrol ketat dari kolektivitas institusi-institusi yang terjalin erat yang mendominasi masyarakat-masyarakat sederhana.
Didalam dirinya setiap institusi juga menghasilkan spesialisasi peran-peran dan karenanya menyebabkan munculnya perbedaan-perbedaan yang menonjol antara para individu yang menduduki peran tersebut.sepesialisasi kegiatan-kegiatan yang saling tergantung ini adalah ciri bukan hanya dari proses ekonomi akan tetapi secara menyeluruh dari semua segi masyarakat, misalnya sebuah masyarakat organis membutuhkan sebuah “organ politik” yang tersepesialisasi, negara untuk merundingkan dan memutuskan demi kepentingan seluruh masyarakat, dan didalam organ masyarakat tertentu ada keaneka ragaman peran politis yang saling bergantung, antara lain yang paling jelas, peran penyusun undang-undang mengadili para pelanggar undang-undang dan melaksanakan undang-undang. Kecenderungan keberagaman dalam masyarakat kolektif inilah memiliki satu kekhasan tersendiri dalam perubahan sosial.
b. Solidaritas Organis adalah solidaritas yang mengikat masyarakat yang sudah kompleks dan telah mengenal pembagian kerja yang teratur sehingga disatukan oleh saling ketergantungan antar anggota. (Masyarakat Perkotaan).
Solidaritas organis, yaitu solidaritas yang terbangun dan beroperasi didalam masyarakat kompleks berasal lebih dari sekedar saling ketergantungan dari kesamaan bagian-bagiannya.perbedaan-perbedaan yang membentuk kesatuan baru ini tentu bersifat saling melengkapi dan tidak saling bertentangan, karena setiap peran yang terspesialisasi penampilannya tergantung pada kegiatan-kegiatan orang atau kelompok organisasi yang saling berhubungan didalam suatu kegiatan dan aktivitas dan tak satupun berdiri lepas satu sama lain. Solidaritas organis dengan demikian, adalah sebuah kesatuan dari sebuah keseluruhan yang bagian-bagiannya berbeda-beda namun berhubung-hubungan dengan cara sedemikian rupa sehingga masing-masing membantu mencapai tujuan-tujuan keseluruhan.
Fungsi pembagian kerja bukanlah sebagaimana mungkin diharapkan, dan sebagaimana dikatakan Adam Semith, meningkatkan produktivitas, melainkan untuk memungkinkan sebuah kehidupan sosial yang integral yang tidak tergantung pada sebuah keseragaman melulu dalam bagian-bagian sistem itu, bahwa pembagian kerja mau tidak mau pasti membedah tatanan sosial
Ciri-ciri Solidaritas Mekanik dan Solidaritas Organik.
Adapun ciri-ciri dari solidaritas mekanik dan organik adalah sebagai berikut:
Solidaritas Mekanik:
Merujuk kepada ikatan sosial yang dibangun atas kesamaan, kepercayaan dan adat bersama.
Disebut mekanik, karena orang yang hidup dalam unit keluarga suku atau kota relatif dapat berdiri sendiri dan juga memenuhi semua kebutuhan hidup tanpa tergantung pada kelompok lain.
Solidaritas Organik:
Menguraikan tatanan sosial berdasarkan perbedaan individual diantara rakyat. Merupakan ciri dari masyarakat modern, khususnya kota .Bersandar pada pembagian kerja (division of labor) yang rumit dan didalamnya orang terspesialisasi dalam pekerjaan yang berbeda-beda. Seperti dalam organ tubuh, orang lebih banyak saling bergantung untuk memenuhi kebutuhan mereka. Dalam Division of labor yang rumit ini, melihat adanya kebebasan yang lebih besar untuk semua masyarakat: kemampuan untuk melakukan lebih banyak pilihan dalam kehidupan mereka .
Meskipun dikota-kota dapat menciptakan impersonality (sifat tidak mengenal orang lain), alienasi, disagreement dan konflik, ia mengatakan bahwa solidaritas organik lebih baik dari pada solidaritas mekanik. Beban yang kami berikan dalam masyarakat modern lebih ringan daripada masyarakat pedesaan dan memberikan lebih banyak ruang kepada kita untuk bergerak bebas.
Perbedaan Solidaritas Mekanik dan Solidaritas Organik
Solidaritas Mekanik
1. Relatif berdiri sendiri (tidak bergantung pada orang lain) dalam keefisienan kerja
2. Terjadi di Masyarakat Sederhana
3. Ciri dari Masyarakat Tradisional (Pedesaan)
4. Kerja tidak terorganisir
5. Beban lebih berat
6. Tidak bergantung dengan orang lain
Solidaritas Organik
1. Saling Keterkaitan dan mempengaruhi dalam keefisienan kerja
2. Dilangsungkan oleh Masyarakat yang kompleks
3. Ciri dari Masyarakat Modern (Perkotaan)
4. Kerja terorganisir dengan baik
5. Beban ringan
6. Banyak saling bergantungan dengan yang lain
Solidaritas Di Indonesia
Bila tatanan dan nilai-nilai kearifan dalam kehidupan masyarakat Indonesia dirusak dan hendak diseragamkan menjadi nilai-nilai yang imaginer demokratis , maka sebenarnya kita sedang digiring menuju ruang-ruang yang penuh simbol absurditas. Sehingga akhirnya rasa solidaritas kitapun akan hancur , dan peradaban kitapun terancam “punah” .
Dilingkungan masyarakat di perkotaan yang lebih mengenal tehnologi modern dari “peradaban-global” di negara-negara yang lebih maju , maupun kepada masyarakat pedesaan dan diluar perkotaan yang masih relatif tertinggal dalam memahami perkembangan tehnologi dan sistim informasi yang mana telah terjadi “pembiaran-pembiaran” pelanggaran pada norma-norma yang telah disepakati (oleh masyarakat Indonesia) sebelumnya .
Pembiaran-pembiaran tersebut bersandarkan pada azas “DEMOKRASI liberal” , yang memberikan pilihan bebas menentukan layaknya “multiple-choice” , kepada dinamika sosial masyarakat dan dibiarkan lepas berkembang dengan sendirinya secara alami.
Dari kacamata budaya , tampak dengan jelas bahwa hal tersebut bukanlah sebuah pola tanpa rencana , bukan pula keniscayaan yang selalu digembar-gemborkan atas nama sebuah “Perubahan” menuju peradaban yang lebih maju . Namun jelas sebuah “strategi jahat” yang dirancang dengan seksama untuk diterapkan ditengah kondisi masyarakat yang dengan mudah akan terpecah-pecah dengan sendirinya.
Sebab Solidaritas satu-satunya kekuatan yang dapat menyatukan dan menjadi perekat bagi simpul-simpul berbangsa di Indonesia , tengah dirobek-robek dan dikoyak-koyak keberadaannya.
Ketika bangsa Indonesia dihadapkan pada kondisi “darurat emergensi” sibuk dengan urusan pragmatis , yaitu pangan , sandang dan papan. Maka secara alamiah kita semua “mengabaikan” terhadap semua urusan yang bertugas menjaga keutuhan “solidaritas” termaksud. Lebih fatal lagi Bangsa ini juga “lalai” pada sektor Pendidikan serta kebutuhan “darurat segera” melengkapi alat-alat kelengkapan birokrasi Negaranya dibidang “Pengawasan bagi Strategi Kebangsaan” bangsanya itu sendiri .
“Alat kontrol dan pengawasan yang memadai disegala bidang.”
Pilihan ganda yang diserahkan ke tengah dinamika sosial masyarakat di Indonesia , adalah berarti di “buka”nya lebar-lebar pintu bagi peluang masuknya pikiran neo-liberalisme, untuk dengan bebas sekehendaknya boleh menyusun pola dan strateginya .
Solidaritas dapat ditunjukan dengan jati diri bangsa Indonesia dalam bidang Politik, berdikari dibidang ekonomi, dan berkepribadian dibidang kebudayaan hal ini harus ditangkal adanya perang modern yang dilakukan pihak asing dengan jalan melakukan :
1. Infiltrasi atau penjajahan paradigmatis melaksanakan perekrutan jaring melakukan tekanan dan pemaksaan guna menerapkan isu gobal sebagai sistim nilai dengan propaganda informasi.
2. Ekploitasi dengan jalan pengkaderan dan penggalangan meningkatkan penggalangan terhadap kelompok tertentu dan melakukan intervensi kedalam semua aspek kehidupan untuk mepersiapkan aksi-aksi yang akan menimbukan instabilitas Nasional.
3. Menciptakan sel-sel perlawanan misalnya adu domba dan timbulkan kerusuhan atau instabilitas Nasional, Merekayasa kondisi agar terbentuk perlawanan di didalam negeri berupa pemberontakan / gerakan sparatisme dgn manfaatkan kelompok-kelompok oposisi, sehingga timbul kacau & ketidakstabilan
4. Perang urat syarat melakukan kampanye propaganda untuk menurunkan potensi dan kekuatan ketahanan Nasional. Melakukan cuci otak untuk merubah paradigma berpikir masyarakat terhadap seluruh kehidupan yang mengakar kuat sesuai nilai-nilai nasional untuk dibiaskan yang mana muncul kepribadian bangsa yang berorientasi kepada paham baru beda dengan budaya asli bangsa
5. INVASI Membentuk dan kendalikan rezim Pemerintahan yang berkuasaa bila tidak berhasil dilaksanakan invasi militer tanpa mandat Perserikatan Bangsa Bangsa melakukan propaganda informasi untuk membentuk opini masyarakat Internasional dilakukan pembenaran terhadap apa yang dilakukan
Dalam perang modern tidak memerlukan mengangkat senjata tetapi penguasaan sebuah negara lebih terhadap negara sasaran dengan membuat dan memanfaatkan kerawanan pada berbagai aspek kehidupannya, dengan titik berat cara-cara non fisik dan selanjutnya dengan cara fisik (militer) bila opnini dunia menguntukan bagi kepentingan nasionalnya dilakukan dalam bentuk ideologi, Politik, Informasi, teknologi, Ilmu atau pemikiran, psikologi dan budaya
Ciri-ciri perang modern adalah
1, Terselubung
2. Pengelabuan sasaran (untuk memecah perhatian)
3. Penghancuran sasaran dari dalam
4. Melaksanakan perang yang lebih murah, effisien, effektif (titik berat non Fisik)
Tujuan perang modern penguasaan serta eksploitasi sumber daya baik alam maupun manusianya, dengan Sasaran non fisik menitik beratkan Pikiran, Emosi dan hati manusia, sedangkan secara Fisik bila diperlukan angkatan perang, infra dan supra struktur pemerintahan dan keutuhan teritorial
Membangkitkan solidaritas Bangsa Indonesia dengan jalan membangun komitmen kebangsaan dengan rekonsiliasi nasional, revitalisasi wawasan kebangsaan dengan mewujudkan daya tangkal bangsa dan negara serta Kepemimpinan Nasional
Pentingnya Solidaritas dalam Kehidupan Pemuda Panca Marga
Personil Pemuda Panca Marga pada hakikatnya adalah makhluk sosial yang sangat membutuhkan orang lain disekitarnya. Multikulturalisme yang ada di Indonesia menyebutkan bahwa Indonesia mempunyai banyak keragaman dan kekayaan yang sangat membutuhkan solidaritas antar sesama umat Personil Pemuda Panca Marga demi tercapainya kehidupan yang harmonis. Mengacu pada negara Indonesia yang mempunyai budaya beraneka ragam, agama yang diakui dan suku yang bermacam-macam, berbicara tentang solidaritas antar Keluarga Besar Pemuda Panca Marga rasanya sudah biasa. Solidaritas yang pada umumnya adalah kata yang dipakai untuk mempersatukan dan menyamakan perbedaan disekeliling kita pun, sudah mulai pudar. Perpecahan diantara umat manusia semakin bertambah banyak jika tidak ada solidaritas yang dimulai dari dalam diri. Perasaan solidaritas, senasib seperjuangan, setia, sifat satu rasa yang solider diberbagai macam kalangan, sangat minim dan banyak dilupakan demi kepuasan diri sendiri atas kepentingan pribadi.
Solidaritas itu penting karena sangat mempengaruhi perubahan sosial budaya. Perubahan sosial yang mencakup sikap setiap orang dan kondisi suatu lingkungan yang didominasi oleh perbedaan, dan perbedaan budaya yang menyebabkan solidaritas itu sendiri hilang seiring berjalannya waktu, dari generasi ke generasi karena tidak diterapkan dalam kehidupan sehari-hari ketika menghadapi perbedaan. Menciptakan keadaan sosial yang teratur dan satu, merupakan tujuan dari solidaritas. Perbedaan yang ada disekitar kita bukan untuk ditertawakan dan diasingkan, namun disitulah peran penting solidaritas, yaitu menyamakan dan mempersatukan perasaan toleransi. Peran penting solidaritas dapat diukur keberhasilannya jika solidaritas dapat menciptakan kesatuan dan kesamaan perjuangan dalam masyarakat.
Hal-hal yang terjadi jika tidak ada solidaritas disekitar kita adalah timbulnya stereotype, prasangka, dan primordialisme. Mempertahankan apa yang menurutnya paling baik, tidak mau membuka diri dan selalu mencaci maki golongan lain, adalah contoh hal-hal yang berpotensi akan terjadi jika tidak dilandasi oleh solidaritas.
Solidaritas antar Pemuda Panca Marga sudah harus diterapkan dari semenjak dini. Mengingat pentingnya solidaritas yang mengatasnamakan perbedaan dapat memperkaya relasi, budaya dan persatuan, maka solidaritas harus diusahakan dan dipertahankan. Cara untuk membangun solidaritas dari yang paling sederhana adalah menghormati orang yang sedang beribadah, mengucapkan selamat kepada orang yang merayakan hari raya, dan tidak memilih-milih teman. Saling menghargai terhadap orang yang tidak sesuku, berbeda kepercayaan dan status, juga sangat ditekankan dalam hal solidaritas. Kesadaran dari dalam diri setiap anggota Pemuda Panca Marga juga merupakan salah satu faktor yang paling penting untuk menciptakan solidaritas.
Berbicara tentang solidaritas mungkin merupakan hal yang sangat mudah dilakukan oleh banyak orang, tetapi setelah kita mengerti betapa pentingnya solidaritas itu dikehidupan kita, sudah selayaknya kita mengusahakan agar solidaritas itu tetap ada dan tidak hilang. Faktor-faktor yang mendukung adanya solidaritas dari dalam diri hendaknya ditumbuh kembangkan menjadi suatu kebiasaan yang positif. Solidaritas tidak hanya sebatas teori saja yang memiliki tujuan dan peranan penting dalam kehidupan setiap orang, melainkan juga suatu praktik yang bersifat rendah hati, tulus dari dalam diri dan terus-menerus. Hendaknya setiap orang yang mencintai perbedaan dan orang yang selalu menutup diri terhadap perbedaan, dapat mengaplikasikan solidaritas antar orang lain, sehingga tujuan dari solidaritas itu sendiri tercapai.
Membangun Rasa solidiritas
Personil Pemuda Panca Marga adalah makhluk sosial yang berarti dia tidak dapat hidup sendiri dan membutuhkan bantuan dari orang lain. Personil Pemuda Panca Marga didunia ini tidak ada yang hidup dalam kesendirian. Dia akan hidup dalam kelompok-kelompok kecil dalam masyarakat atau lingkungannya
Rasa Solidaritas akan muncul dengan sendirinya ketika Personil Pemuda Panca Marga satu dengan yang lainnya memiliki kesamaan dalam beberapa hal. Maka dan itu rasa solidaritas sangat penting untuk dibangun oleh individu dengan individu lainnya atau kelompok tertentu dengan kelompok yang lain. Karena dengan adanya solidaritas kita dapat bersatu dalam hal mewujudkan sesuatu secara bersama-sama
Indonesia tengah menghadapi berbagai tantangan yang menguji teguhnya semangat kebangsaan atau nasionalisme serta keluhuran kearifan kebudayaan, padahal negeri ini sejatinya punya peluang luar biasa. Hal itu tercermin dari sumber daya alam yang nilainya tak terhingga, letaknya yang strategis dalam peta dunia, hingga berbagai suku bangsa yang mendiaminya, dengan adat istiadat, bahasa, agama, serta mahakarya kebudayaan dan kesenian yang beraneka ragam
Pada Saat ini berbagai tantangan merebak, bangsa ini juga menghadapi aneka problematik yang pelik, dimulai dari upaya menjaga keutuhan NKRI, menghayati Pancasila, dan UUD 1945, menegakkan persatuan dan kesatuan bangsa dalam kebhinnekaan yang tunggal ika, benturan berbagai kepentingan, ketegangan antara mayoritas dan minoritas, serta persoalan-persoalan struktural seperti korupsi, penataan lembaga Negara, termasuk masalah-masalah lainnya. “Karena itu dibutuhkan tindakan yang strategis guna mengembangkan karakter melalui pendidikan nasional yang terencana, terukur, dan terarah, serta tepat guna, di mana kita dapat menyemai sumber daya manusia (SDM) yang unggul, memiliki jati diri, dan berkepribadian terpuji yang sarat dengan prestasi. Pendidikan karakter ini juga diharapkan mampu menumbuh-kembangkan nilai-nilai solidaritas penuh toleransi serta penghormatan akan keberagaman. Terlebih kita adalah negara yang masyarakatnya yang majemuk, multietnis, dan multikultur, boleh dikata cukup riskan akan munculnya benih-benih perpecahan,”
Pemuda Panca Marga harus memiliki sifat solidaritas yaitu mampu menumbuhkan empati, sosial, merasakan penderitaan orang lain dan memiliki kemampuan untuk berbagi rasa. Pemuda Panca Marga yang berintregrasi yakni pemuda yang berakhlak mulia, jujur, terbuka, serta memegang teguh komitmen. Pemuda Panca Marga yang profesional yaitu memiliki etos kerja, kreatif, inovatif, terampil, tingkat produktivitas tinggi dan berdaya saing
Saat ini generasi muda Indonesia dilanda krisis solidaritas, sehingga terkesan pemuda terkotak-kotak atau terpecah-peah oleh semangat kedaerahan dan kepentingan lainnya. Keberagaman yang dimiliki bangsa Indonesia rentan menimbulkan perpecahan, sehingga Pemuda Panca Marga harus bisa menjadi lokomotif pemersatu bangsa.
Untuk membangun dan meningikatkan solidaritas sosial tersebut setidaknya ada beberaopa cara yang dapat ditempuh :
1. Menumbuhkan rasa simpati dan empati dalam diri terhadap permasalahan yang dihadapi orang lain. Dengan rasa simpati dan empati ini diharapkan dapat menjadikan motivator untuk hidup saling tolong menolong dan membantu serta kerja sama dengan orang lain.
2. Silaturrahim (komunikasi) antar sesama, minimal dengan tetangga terdekatnya. Dengan silaturrahim ini diharapkan bisa menciptakan hubungan emosional yang kuat antara yang satu dengan yang lain. Sebab, secara tidak langsung jika seseorang sering bertemu, akan timbul satu ikatan cinta dan kasih sayang.
3. Membudayakan saling menyapa saat bertemu. Menyapa bisa dilakukan dengan cara apapun asalkan itu baik dan tidak menyinggung perasaan orang lain. Kalau dia seorang muslim maka dengan mengucapkan salam. Walaupun hal ini kelihatan sangat remeh, akan tetapi ini merupakan salah satu kabel penyambung antara seseorang dengan yang lain. Minimal dengan tiga cara inilah solidaritas sosial di masyarakat akan terbangaun.
4. Saling memberi dan tolong menolong serta saling menghormati antarsesama. Artinya, untuk menciptakan dan meningkatkan rasa solidaritas atau ukhuawah antar sesama hendaknya membudayakan salaing memberi, tolong-menolong dan saling menghormati. Yang kaya membantu yang miskin, yang kuat melindungi yang lemah, yang di bawah menghormati di atas dan yang di atas menghargai yang di bawah.
Dengan beberapa cara tersebut, maka akan tercipta solidaritas sosial yang tinggi.
TANYAKAN PADA DIRIMU,
APA YANG TELAH ENGKAU BERIKAN PADA NEGARAMU
0 Response to "TRI DHARMA PEMUDA PANCA MARGA (PATRIOTISME, IDEALISME, SOLIDARITAS)"
Posting Komentar