KESAMAAN INTELIJEN DAN DETEKTIF - (diklat kepemimpinan Pemuda Panca Marga Jakarta Pusat)



KESAMAAN INTELIJEN DAN DETEKTIF
Kegiatan-kegiatan lembaga intelijen di negara Indonesia, di tataran strategi, operasional dan taktis dilakukan oleh banyak lembaga yang diberi mandat oleh negara untuk menjalankan fungsi intelijen. Seluruh lembaga yang menjalankan fungsi intelijen harus bergabung dalam suatu mekanisme koordinasi terpadu antar elemen komunitas intelijen nasional.

Komunitas Intelijen Indonesia terdiri dari lima tipe organisasi:
1. Intelijen nasional yang menjalankan fungsi-fungsi intelijen untuk mengantisipasi ancaman keamanan dalam negeri yang hanya terdiri dari satu organisasi yaitu Badan Intelijen Negara (BIN).

2. Intelijen kriminal dan yustisia yang dilakukan oleh intelijen kepolisian (Badan Intelijen Keamanan Polri), intelijen bea cukai (Direktorat Penindakan Dan Penyidikan), intelijen imigrasi (Direktorat Intelijen Keimigrasian), serta intelijen kejaksaan (Jaksa Agung Muda Intelijen).

3. Intelijen pertahanan dan luar negeri yang menjalankan fungsi intelijen strategik untuk mengatasi ancaman keamanan yang bersifat eksternal yang hanya terdiri dari satu organisasi yaitu: Badan Intelijen Strategis TNI (BIS-TNI) yang berada di bawah Departemen Pertahanan.

4. Intelijen-intelijen tempur yang melekat pada satuan-satuan tempur yang diwakili oleh asisten-asisten intel di Mabes TNI dan angkatan;

5. Lembaga-lembaga pemerintahan yang fungsinya dan atau terkait dengan masalah-masalah keamanan nasional seperti Lembaga Sandi Negara (LSN), Badan SAR Nasional (BARSANAS), Badan Narkotika Nasional (BNN), Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG), Badan Pusat Statistik (BPS), lembaga-lembaga yang menjalankan fungsi pengintaian dan pengindraan (Surveillance and reconnaissance), Lembaga Elektronika Nasional (LEN), Lembaga Antariksa dan Penerbangan Nasional (LAPAN), serta Badan Tenaga Atom Nasional (BATAN).
by detektifmatamalaikat di 09:09 Link ke posting ini
Selasa, 03 November 2009
Melihat Cara Kerja Detektif Swasta di Indonesia
Bisnis penyelidikan profesional terus tumbuh subur di Indonesia. Ada yang dijalankan perusahaan jasa keamanan, ada pula yang dilakukan perorangan. Tak ada sebutan resmi untuk profesi ini. Bisa Penyelidik Swasta profesional, Detektif Swasta, atau private investigator. Yang jelas, pekerjaan mereka mulai dari pengintaian, pencarian orang hilang atau menghilang (biasanya karena utang), menelisik data diri seseorang, menganalisa kondisi perusahaan, dan sebagainya. Semua dikerjakan dengan tarif yang tidak murah tentunya.

Jika pekerjaan dan harga sudah disepakati, Jasa Detektif biasanya akan meminta data seputar target. Misalnya jati diri, kebiasaannya, kendaraan yang dipakai, atau informasi-informasi lain sekecil apa pun yang bisa membantu penyelidikan. Walau tak jarang klien ternyata hanya punya nama target saja (nama panggilan pula) sehingga Penyelidik harus bekerja keras menemukan dan menggali informasi lain dari nol.

Nah, jika semua sudah oke, kini Jasa Detektif dan timnya mulai bergerak. Tapi, tunggu dulu! Mohon jangan membayangkan penampilan mereka seperti detektif-detektif di film Hollywood, yang berrwajah seram, jago berkelahi dan cepat main cabut pistol. “Biar tidak mencolok, penampilan biasa saja atau malah menyesuaikan sama lingkungan di sekitarnya,” jelas Tony yang sudah enam tahun menjalankan bisnis Penyelidik ini. “Semakin tersamar, semakin baik.” Selebihnya, Penyelidik Swasta banyak mengandalkan logika dan kreativitas untuk menggali informasi dan mengatasi segala kesulitan di lapangan.

Pengintaian harus matang, cara kencing pun dipikirkan
Tak salah ungkapan yang menyatakan: menunggu memang pekerjaan membosankan. Tapi bagi Detektif Swasta, menunggu sudah menjadi santapan harian. Terutama saat melakukan pengintaian. Berjam-jam, atau berhari-hari berada di tempat yang sama, harus dilakoni. Dalam sebuah pengintaian, persiapan haruslah matang. Makanan, minuman, termasuk cara buang air kecil, harus dipikirkan benar. Beberapa jam sekali, dilakukan pergantian shift dengan teman Detektif satu tim. Selain agar Penyelidik Swasta tidak kelelahan, juga untuk menghindari kecurigaan orang.
by detektifmatamalaikat di 19:56 Link ke posting ini
Kamis, 15 Oktober 2009
Mencoba Jadi Detektif?
Apa yang menarik dari profesi detektif? Profesi ini---baik part time maupun full time---tidak seperti kerja kantoran, yang selalu klimis, rapi, diatur oleh jam dari 08.30 hingga 15.00. Detektif juga tidak sering tampil di televisi seperti politisi, atau pengacara. Pekerjaan ini justru banyak mengandalkan kerja diam-diam, tanpa publikasi, terkadang harus dengan penyamaran agar tidak menarik perhatian, dan bahkan kerja hampir 24 jam per hari. Sungguh melelahkan, secara fisik dan psikis.

Profesi detektif bukanlah profesi yang menjanjikan dari segi materi. Terlebih lagi, resiko yang dihadapi pun tidak ringan: taruhannya bisa nyawa! Yang menarik dari detektif, adalah tantangannya! Kita menemui hal-hal baru, melacak petunjuk, menguji petunjuk, memecahkan masalah, dan kebanggaan seorang detektif adalah ketika ia berhasil membayar kelelahan dengan terpecahnya suatu kasus. Meskipun, seringkali didera frustasi.


Perhatikan:

1. Jangan lupa, siapkan kertas dan pensil untuk mencatat data-data penting, seperti angka, nama, dan sebagainya. Seorang detektif akan selalu teliti dengan berbagai hal, termasuk hal-hal kecil, hal-hal detil, dan sebagainya. Misalnya, Anda menemukan angka tertentu.

2. Gunakan imajinasi untuk memecahkan maksud angka atau kode yang ditemukan. Mungkin nomor telepon, nomor mobil, nomor locker besi, dan sebagainya.

3. Gunakan pola sistematis standar detektif, dalam memecahkan masalah.

a) Ketahui masalah,
b) Observasi TKP,
c) Kumpulkan dan pelajari barang bukti,
d) Interogasi saksi & tersangka yang ada, untuk menemukan fakta-fakta,
e) Seleksi keterangan palsu/fake,
f) Analisa data yang sudah ditemukan, guna mencari motif, modus, dan pelaku sebenarnya.
by detektifmatamalaikat di 01:29 Link ke posting ini
Bagaimana Menjadi Detektif?
“Bagaimana menjadi detektif?” Itulah pertanyaan yang pada masa kecil menggayuti pikiran saya. Dulu, saya bercita-citav menjadi seorang detektif. Niat ini muncul, ketika masa SMP dulu membaca empat jilid kisah petualangan Sherlock Holmes, karangan Sir Arthur Conan Doyle. Hingga kini, dua nama ini sangat saya hormati.

Pada masa SMU, kecintaan saya terhadap dunia detektif, makin menjadi-jadi. Setelah itu, berbagai cerita detektif, saya koleksi. Selain Sherlock Holmes, ada detektif Belgia Hercule Poirot menjadi idola kedua. Poirot selalu saya buru kemanapun ia muncul dalam kisah Agatha Christie---saya tidak begitu suka dengan Miss Marple. Beberapa novel Sidney Sheldon, hingga cerpen detektif dari Edgar Allan Poe pun saya kejar.

Banyak hal saya pelajari---meski tidak membuat saya lihai---dari pengalaman, teknik, dan keahlian detektif dari novel-novel itu. Mulai dari metode ilmiah dan logis yang menjadi andalan Holmes, berpikir konstruktif dan deduktif dari Poirot, hingga detil forensik yang sering muncul dalam novel misteri-nya Sidney Sheldon.

Apakah menjadi detektif selalu harus masuk dalam institusi kepolisian? Tidak selalu. Dengan catatan, Anda menjadi detektif sebagai hobi dan bukan pekerjaan. Detektif sebagai hobi akan selalu menyenangkan, dimana kita bisa menggunakan kemampuan dan keahlian detektif dalam kehidupan sehari-hari.

Jika kita ingin menjadikan detektif swasta sebagai pekerjaan, di Indonesia hal itu masih sulit dilakukan. Mengapa? Pekerjaan detektif swasta---hingga tulisan ini saya buat---masih menjadi 'kerja sambilan' dari polisi. Itu yang saya ketahui, saat saya tanyakan kepada seorang kepala kepolisian resort di Jakarta. Ada polisi yang kerja sambilan, menerima order dari seseorang untuk melacak seseorang, atau membuktikan istri/suami selingkuh atau tidak, dan sebagainya.

Saya juga pernah berbincang-bincang dengan seorang perwira polisi dari Mabes Polri. Dia bilang, di Indonesia, profesi detektif swasta belum mungkin, dan belum boleh dilakukan, karena tidak ada aturan yang membolehkan. Meskipun, pikiran membuka izin detektif swasta pernah digagas para petinggi polisi, seperti yang berlaku di Amerika Serikat. Namun, mereka menghadapi kendala pengaturannya nanti. “Bagaimana mengontrol detektif swasta, kalau mengontrol polisi di Indonesia saja masih kesulitan?” begitu jawabannya.

***

Apa itu detektif? Dalam pemahaman saya---mungkin tidak persis betul---detektif adalah pekerjaan memecahkan suatu kasus atau masalah yang belum terungkap, menggunakan metode sistematis dan terencana, mendasarkan pada bukti-bukti yang ada, dan merangkainya menjadi suatu fakta yang utuh, dan bisa dipertanggungjawabkan. Bila kita berhasil menemukan jawaban dari masalah masalah/kasus secara tidak sengaja, dan kita tidak bisa memperdebatkannya, maka sulit dikatakan itu sebagai hasil kerja detektif.

Ketika kita mengerjakan soal Matematika di sekolah dahulu, dimana ada sebuah fakta-fakta, dan kita diminta menemukan jawabannya, merupakan contoh sederhana memecahkan sesuatu dengan prinsip-prinsip seorang detektif. Kita harus menguji, menggunakan metode ilmiah, dan hasilnya bisa diuji ulang, dan dipertanggungjawabkan. Kalau kita menjawab soal Matematika hanya menulis jawaban---dari contekan teman---tapi kita tidak bisa membuktikan darimana jawaban itu ada, maka itu bukan pekerjaan dengan prinsip detektif. Seperti seorang detektif yang langsung menunjuk tersangka sebagai pelaku; maka ia bisa dipecat dari pekerjaannya, bahkan bisa digugat balik!

***

Menjadi detektif, atau lebih tepatnya, mempelajari keahlian detektif, bisa dilakukan siapa saja, tanpa mengenal usia. Ilmu atau keahlian detektif ini bahkan akan sangat bermanfaat, untuk membantu pekerjaan kita. Pekerjaan sebagai pengacara, auditor, atau wartawan! Atau apapun, termasuk ibu rumah tangga. Suatu saat kita ingin tahu, apakah tumpukan surat kita di meja dipindahkan orang atau tidak; apakah lemari kita dibuka orang lain secara diam-diam; apakah anak kita berbohong atau tidak, bahkan juga mengorek keterangan orang lain tanpa orang itu menyadarinya.

Keahlian detektif seseorang, akan semakin meningkat seiring pengalaman memecahkan persoalan. Teknologinya pun semakin baik, dan setiap orang yang memiliki minat kuat dalam masalah detektif, akan terus mencari teknik-teknik baru, metode baru, yang lebih baik dan cepat.

Keahlian detektif, misalnya, meliputi:

- Kemampuan daya ingat, meskipun dengan pandangan sekilas. Ini antara lain berguna ketika kita menemui kasus tabrak lari, dan nomor polisi kendaraan menjadi fakta penting. Selain itu juga disertai kemampuan memanggil kembali ingatan yang lama;

- Kejelian dan cermat terhadap hal-hal detil. Sherlock Holmes adalah 'pakar' dalam detil dan kecermatan---dengan catatan, jika Holmes itu sosok yang nyata. (Tetapi saya meyakini Holmes itu nyata!). Dalam setiap memecahkan masalah, Sherlock Holmes selalu melakukan observasi---pengamatan langsung di lapangan. Contoh lain, dalam kasus Saksi Bisu, Hercule Poirot pernah hampir buntu menghadapi kasusnya. Baru setelah ia mereview kembali, dan mengingat detilnya, ia berhasil menemukan pelaku pembunuhan. Bagi yang ingin tahu apa detilnya, silakan baca bukunya. Kata kuncinya adalah anjing dan bola. :p

- Kemampuan meng-interogasi. Semakin tinggi kemampuan interogasi yang dimiliki seseorang, ia akan mudah mengorek fakta, 'fakta' palsu, atau keterangan dari seseorang---tanpa orang itu menyadarinya. Kemampuan ini juga beriringan dengan keahlian menggunakan teknik pembuktian terbalik dalam menginterogasi seseorang. “Pandai-pandailah memancing pertanyaan dengan fakta yang salah, maka ia akan memberikan fakta sebenarnya”. Memang tidak selalu berhasil, tetapi bisa dicoba.

- Kemampuan bernegosiasi. Ini masih berkaitan dengan kemampuan meng-interogasi. Kemampuan bernegosiasi sangat penting, dalam praktik-prakti di lapangan, dimana dibutuhkan keberanian menembus kebekuan seseorang, menghadapi orang keras kepala, dan sebagainya.

- Pengetahuan terhadap hukum perundang-undangan yang berlaku.

- Kemampuan menganalisa. Ini penting untuk menguji kebenaran fakta---baik fakta benda atau fakta lisan. Detektif yang baik tidak pernah berangkat dari titik motif; selalu harus dari fakta-fakta. Sherlock Holmes mengajari kita bagaimana metode ilmiah (scientific method, metode eliminasi atau eksklusi, mempersempit pencarian, dan mempermudah memecahkan masalah. Memang membingungkan, apakah Holmes itu 'ilmuwan yang nyasar jadi detektif', ataukah 'detektif dengan sambilan ilmuwan'? Dalam suatu kisahnya, Holmes menulis artikel tentang tanaman atau obat-obatan di sebuah jurnal. Dengan pikiran yang sangat logis, Holmes bisa disebut seorang matematikawan. Dengan percobaan-percobaannya di laboratorium, Holmes juga bisa disebut fisikawan atau kimiawan. Ada penemuannya yang dipakai kepolisian Scotland Yard.

Metode eliminasi atau eksklusi, maksudnya dengan menyingkirkan hal-hal yang sudah pasti mustahil---setelah diuji dengan fakta dan observasi. Hercule Poiro mengajari kita bagaimana memecahkan masalah dengan metode kesimpulan deduksi. Untuk meningkatkan kemampuan analisa, ada banyak hal yang harus dipelajari---tidak hanya metode deduksi, induksi, atau kombinasi keduanya. Ada pula metode analisa yang diperkenalkan Rene Descartes, yang dikenal dengan Analisa Cartesian, dan sebagainya. Anda bisa mempelajarinya dari internet atau buku-buku yang ada.

- Kemampuan penting lainnya, diantaranya teknik penyamaran, teknik mengikuti/membuntuti seseorang, teknik melacak/tracking, maupun pengetahuan forensik sederhana dalam kasus kriminal. Contoh pengetahuan forensik sederhana; seseorang yang ditemukan meninggal dengan leher membiru, dipastikan meninggal kehabisan nafas.

0 Response to "KESAMAAN INTELIJEN DAN DETEKTIF - (diklat kepemimpinan Pemuda Panca Marga Jakarta Pusat)"

Posting Komentar