Ada yang mengatakan bahwa : bayi yang begitu dilahirkan dan
meninggalkan rahim ibunya, lalu menagis, tatkala itu telah ditentukan nasibnya.
Para peramal nasib justru
mendasarkan hari dan saat lahir itulah untuk meramal berbagai macam nasibnya.
Bahagia tidaknya hidup ini sepenuhnya tergantung dari pemberian PENGUASA
(pemeran pokok yang menguasai itu ternyata nasib manusia). Padahal jarak antara
kaya dan miskin orang itu ternyata sangat besar kalanya. Jadi Anugerah PENGUASA
bukanlah sangat Adil ?
Bagi orang yang melarat, terkadang akan bertanya padaNya : “Mengapa
orang lain berjaya dan selalu berhasil, sedangkan aku terlunta-lunta ?”
Bagi orang yang gagal dalam perkawinannya, dikala gelisah dan tidak dapat
tidur, iapun akan bertanya pada dirinya : ” Mengapa orang lain hidup rukun
dan bahagia sampai tua, sedangkan aku disia-siakan ?”
Bagi orang yang dirongrong penyakit, maka dalam penderitaannya dan dikala
ia bertemu dengan orang yang sehat, iapun akan bergumam pada dirinya :”Mengapa
orang lain sehat dan berusia panjang, sedangkan aku menderita penyakit ?”
Banyak orang yang menghadapi rintangan dalam perjalan hidupnya, kegagalan
dalam usaha atau kegagalan perkawinan / percintaan maupun penderitaan penyakit.
Bahkan ketika banyak bencana dan halangan mencari tukang ramal / dukun untuk
meramal nasibnya ? menanyakan bagaimana kira-kira perjalanan hidupnya pada masa
yang akan datang, kapan akan mengalami nasib baik. Bila ramalan itu baik
pastilah dengan senang hati ia mohon pamit. Namun sebaliknya bila hasil
ramalannya buruk, maka tampaknya wajahnya bermurung susah, kehilangan semangat.
Pada umumnya para peramal / nujum akan mengatakannya : hal ini telah
ditakdirkan karena waktu lahir yang baik / jelek, tetapi adakah orang yang
mempersoalkan lebih jauh : Mengapa ada orang yang waktu lahirnya baik, dan ada
pula yang buruk ? Apakah demikian teori “NASIB” ini secara tuntas ????
Banyak orang dikala melihat famili dan temannya bernasib kurang
mujur, akan menganjurkannya menata kembali Hong sui / Feng suinya untuk
memperbaiki nasibnya, benarkah begitu ? Benar, dengan menata kembali hong sui
dapat merubah si miskin menjadi kaya, merubah orang sakit menjadi sehat, dapat
merubah pegawai yang tersendat karirnya menjadi maju dan naik gaji, merubah
perdagangan yang sering merugi menjadi jaya, bahkan suami istri yang sering
bertengkar menjadi harmonis dan rukun. Secara lahiriah, nampaknya Hong sui
dapat memperbaiki nasib. Tetapi, kebanyakan orang meremehkan kata mutiara yang
terkandung dalam filsafat : “Tempat yang baik dihuni oleh orang yang beruntung
(Hok Qi)”, Tegasnya setiap tempat yang hong suinya baik, hanya dapat dihuni
oleh orang yang Hok Qi, Sebaliknya, orang yang tidak mempunyai Hok Qi, Tak
mungkin bisa menempati sebuah tempat yang berhong sui baik.
Walaupun kita melihat banyak orang miskin yang mengalami keberhasilan,
namun juga melihat lebih banyak orang sukses yang mengalami kegagalan. Terasa
benar bahwa manusia benar-benar terikat kuat oleh nasib yang ditakdirkan :
segala sukses dan kegagalan, kegembiraan dan kesedihan, pertemuan dan
perpisahan, berbagai macam pengalaman, kesemuanya dikendalikan oleh nasib dan
takdir, Sedikitpun tidak dapat meloloskan diri dari nasib yang ditakdirkan.
Tidak sedikit orang yang berusaha merubah nasibnya, namun lebih banyak
orang yang tak tahu bagaimana dan apa prinsip utama untuk merubah nasib,
sehingga akhirnya menjadi sia-sia belaka.
Siapakah sebenarnya penentu nasib ? Benarkah Tuhan telah menetapkan nasib
manusia ada yang yang kaya dan miskin, ada yang mulia dan hina ?
Ternyata teori nasib mendasarkan diri pada prinsip “sebab dan akibat”,
dapat dimengerti dengan jelas tentang satu proses pergantian (Siklus), “Masa
lalu (masa sebelumnya)”, “masa kini (sekarang)”, dan “masa yang akan
datang”. Jadi satu-satunya cara memperbaiki nasib adalah berdasarkan
hukum perputaran (sebab dan akibat), ini paling bersifat prinsipil : “untuk
mengetahui sebab pada masa yang lalu, ialah melihat pada apa yang diterimanya
pada masa kini, itulah sebabnya. Untuk mengetahui akibat pada masa yang akan
datang, ialah melihat pada apa yang telah diperbuat pada masa kini, itulah
akibatnya!”
Kita ambil contoh yang paling mudahnya pada masa kini anda seorang sarjana
(dokter, insinyur, dll.), bagaimana seandainya pada masa lalu anda tidak
berjuang untuk kuliah, apakah anda akan jadi sarjana?
Sedangkan kadar
sarjana anda telah ditentukan pada masa kuliah dan dipengaruhi oleh perbuatan
anda pada masa kini yang akan menentukan keberhasilan anda dimasa yang akan
datang.
Bagaimana anda sekarang tidak sakit flue, sedangkan beberapa hari anda
kurang istirahat dan kurang bergairah untuk makan, jika anda ingin cepat sembuh
penyakit flue anda, mulai sekarang anda banyak istirahat dan makan, seandainya
anda masih kurang istirahat ditambah begadang maka penyakit anda tidak akan
cepat sembuh tetapi malah bertambah parah.
Tegasnya, benih apa yang anda tanam pada masa lalu, maka kini anda akan
memetik buahnya. Dan benih apa yang anda tanam pada masa kini anda akan
memetiknya / menerima buahnya.
Kalau kita mengambil salah satu ayat didalam sebuah kitab suci : “Berilah
keluargamu makanan yang halal” yang bermakna seandainya pada masa ini
keluarga anda diberikan makanan haram yang berasal dari hasil korupsi,
manipulasi, judi dan lain sebagainya. Maka anda telah menentukan nasib keluarga
anda pada masa mendatang akan menerima nasib yang buruk, misalnya anak anda
akan kecanduan narkoba, jadi penjudi, pemabuk, dls. Sedangkan anda sendiri
telah menentukan nasib anda menjadi orang yang berpenyakitan, misalnya anda
akan sakit ginjal, cuci darah, atau penyakit lain, yang akhirnya akan membawa
harta yang anda dapatkan secara haram akan habis juga.
Jadi penentu nasib yang
sejati tak lain dan tak bukan adalah diri kita sendiri,. Sebab semuanya adalah
perbuatan kita dan ditanggung oleh kita sendiri. Siapapun tidak dapat
memaksakan nasib pada anda, semuanya adalah perbuatan sendiri dan dialaminya
sendiri.
Pada masa ini anda berhati
kejam, membunuh makhluk hidup, hal itu telah menentukan bahwa pada masa
yang akan datang anda akan berusia pendek, atau banyak penyakit, hidup tanpa
ketentraman dan kegembiraan.
Pada masa ini anda berusaha
sekuat tenaga menghalangi keberuntungan / kepentingan orang lain, ini telah
menetapkan nasib anda di masa mendatang penuh hambatan / halangan dalam
perjalanan hidupmu.
Pada masa ini anda bersikap sombong dan sering menghina orang lain, hal ini
telah menetapkan nasib anda dimasa yang akan datang sebagai orang yang hina
dina.
Banyak orang yang bersujud memohon perlindungan Tuhan, ada pula yang
memohon banyak rejeki, memohon banyak keuntungan, memohon mendapat anak,
memohon penyembuhan dari penyakit, memohon mendapat jodoh, bahkan ada yang
memohon memperpanjang usianya,
Dapatkah permohonan mereka dikabulkan ? Jika dapat terkabul, bukankah
dengan cepat nasibnya dapat diperbaiki ?
Jika anda membunuh orang, merampok, atau menjual narkotik, setelah berhasil
lalu dengan sangat sujud memohon Tuhan melindungi, apakah beliau akan
mengabulkannya?
Jika biasanya anda tidak beramal, sepersenpun, tidak pernah menderma pada
orang miskin atau sakit, waktu memohon usaha maju atau untung banyak, maka
biarpun lutut dan kepala anda sampai lecet dan berdarah berlutut kepada Tuhan, apakah
Tuhan mau menerima doa anda ? atau anda biasanya berbuat sedikit kebaikan,
tetapi juga banyak melakukan kesalahan dan kejahatan atau biasanya sangat
egois, tidak pernah memikirkan kepentingan umum, tidak pernah menolong orang
yang terdesak kesulitan atau dalam otak anda hanya penuh dengan gagasan buruk,
gemar merugikan orang lain untuk kepentingan diri sendiri, maka bagaimanapun
anda bersujud dihadapan Tuhan, hasilnya tetaplah sia-sia belaka.
Banyak orang bertanya pada saya : “Dimasa ini aku berhati baik, sering
membantu orang lain, tetapi mengapa aku bernasib buruk dan malah sering dibenci
orang lain?”, Tak sedikit pula yang berkata : “Pada masa ini aku telah beramal
banyak, dan selalu bersikap baik pada orang lain, mengapa nasibku tetap banyak
halangan ? Sering kulihat orang lain berhati kejam, bahkan dengan segala cara
untuk merugikan kepentingan orang lain demi keuntungannya sendiri, mengapa ia
semakin jaya?
Sebenarnya apa yang diperbuat sekarang belum tentu akan segera menerima
akibatnya, ada yang setelah masa tuanya barulah menerima akibatnya. Dan apa
yang diterimanya pada masa sekarang, justru kebanyakan “BENIH” atau “SEBAB”
yang telah ia tanam pada masa yang lalu, tepatnya seperti hutang-piutang.
Pada masa kini orang berbuat baik sebaliknya ia dibenci, ini disebabkan
karena ia pada masa yang lalu berbuat serupa, membalas : kebaikan dengan
kejahatan, jadi ia telah ber”HUTANG” pada masa yang lalu, pada masa kini ia
akan merasakan hal yang serupa, artinya membayar hutangnya. Setelah hutang itu impas,
barulah ia akan menerima balasan “Berhati baik”.
Bila “HUTANG” yang dibuatnya pada masa lalu itu besar, maka waktu
pelunasan “HUTANG” juga lebih lama, Jika “HUTANG” pada masa lalu itu ringan,
maka masa pelunasan “HUTANG” menjadi lebih pendek. Ini adalah sangat adil.
Pada masa ini jalan hidupmu banyak hambatan, ini justru disebabkan karena
anda dimasa yang lalu, sering menggunakan berbagai cara untuk merugikan
kepentingan orang lain dan itulah sebabnya anda berhutang. Setelah hutang itu
lunas, barulah menerima balasan baik yang sesuai dengan perbuatan baik yang
anda perbuat
Terkadang timbul juga gejala “Menetralisir” hukum perputaran, misalnya
benih kebajikan yang ditanam masa lalu, seharusnya pada masa ini ia akan
menerima rejeki selama 10 Tahun, namun karena pada masa ini ia menanam BENIH
KEJAHATAN, hal ini mengakibatkan rejekinya berkurang beberapa tahun, sebaliknya
jika pada masa lalu telah menanam benih kejahatan seharusnya pada masa ini
harus menerima nasib jeleknya beberapa tahun, tetapi masa ini ia telah banyak
berbuat kebajikan, maka hukuman itu akan berkurang beberapa tahun.
Jika kebajikan yang dilakukan pada masa ini terus bertambah, inipun dapat
menghapus akibat dari perbuatan jahatnya yang diterimanya. Cara “Menambah dan
Mengurangi” semacam ini haruslah dilihat dari mana yang lebih berat antara
“kebajikan” dan “Kejahatan”, hal ini dapat diibaratkan seperti timbangan.
Inilah hakekat dari pada “Nasib aku sendiri yang membuat, rejeki aku pula yang
mohon”.
Ini pula dasar pandangan
(cara) memperbaiki nasib. Jika kita telah mengetahui bahwa pada masa lalu itu,
kita baik secara sengaja maupun tidak telah melakukan kebajikan atau kejahatan,
maka hal ini akan menentukan nasib yang diterimanya masa kini. Kita harus
secepatnya sadar bertobat, segera menambah perbuatan kebajikan, agar bagian
kebajikan lebih cepat bertambah dan lebih cepat mengurangi nasib jelek,
kemudiaan terus menerus menambah kebajikan, agar kita secepatnya bisa
menerima nasib baik. Inilah satu-satunya cara untuk memperbaiki
nasib
0 Response to "BAGAIMANA TERJADINYA BAIK DAN BURUKNYA NASIB - Pemuda Panca Marga, Jakarta Pusat"
Posting Komentar