BAGAIMANA TERJADINYA BAIK DAN BURUKNYA NASIB - Pemuda Panca Marga, Jakarta Pusat



 
Ada yang mengatakan bahwa : bayi yang begitu dilahirkan dan meninggalkan rahim ibunya, lalu menagis, tatkala itu telah ditentukan nasibnya. Para peramal nasib justru mendasarkan hari dan saat lahir itulah untuk meramal berbagai macam nasibnya. Bahagia tidaknya hidup ini sepenuhnya tergantung dari pemberian PENGUASA (pemeran pokok yang menguasai itu ternyata nasib manusia). Padahal jarak antara kaya dan miskin orang itu ternyata sangat besar kalanya. Jadi Anugerah PENGUASA bukanlah sangat Adil ?

Bagi orang yang melarat, terkadang akan bertanya padaNya : “Mengapa orang lain berjaya dan selalu berhasil, sedangkan aku terlunta-lunta ?”

Bagi orang yang gagal dalam perkawinannya, dikala gelisah dan tidak dapat tidur, iapun akan bertanya pada dirinya : ” Mengapa orang lain hidup rukun dan bahagia sampai tua, sedangkan aku disia-siakan ?”

Bagi orang yang dirongrong penyakit, maka dalam penderitaannya dan dikala ia bertemu dengan orang yang sehat, iapun akan bergumam pada dirinya :”Mengapa orang lain sehat dan berusia panjang, sedangkan aku menderita penyakit ?”

Banyak orang yang menghadapi rintangan dalam perjalan hidupnya, kegagalan dalam usaha atau kegagalan perkawinan / percintaan maupun penderitaan penyakit. Bahkan ketika banyak bencana dan halangan mencari tukang ramal / dukun untuk meramal nasibnya ? menanyakan bagaimana kira-kira perjalanan hidupnya pada masa yang akan datang, kapan akan mengalami nasib baik. Bila ramalan itu baik pastilah dengan senang hati ia mohon pamit. Namun sebaliknya bila hasil ramalannya buruk, maka tampaknya wajahnya bermurung susah, kehilangan semangat.

Pada umumnya para peramal / nujum akan mengatakannya : hal ini telah ditakdirkan karena waktu lahir yang baik / jelek, tetapi adakah orang yang mempersoalkan lebih jauh : Mengapa ada orang yang waktu lahirnya baik, dan ada pula yang buruk ? Apakah demikian teori “NASIB” ini secara tuntas ????

Banyak orang  dikala melihat famili dan temannya bernasib kurang mujur, akan menganjurkannya menata kembali Hong sui / Feng suinya untuk memperbaiki nasibnya, benarkah begitu ? Benar, dengan menata kembali hong sui dapat merubah si miskin menjadi kaya, merubah orang sakit menjadi sehat, dapat merubah pegawai yang tersendat karirnya menjadi maju dan naik gaji, merubah perdagangan yang sering merugi menjadi jaya, bahkan suami istri yang sering bertengkar menjadi harmonis dan rukun. Secara lahiriah, nampaknya Hong sui dapat memperbaiki nasib. Tetapi, kebanyakan orang meremehkan kata mutiara yang terkandung dalam filsafat : “Tempat yang baik dihuni oleh orang yang beruntung (Hok Qi)”, Tegasnya setiap tempat yang hong suinya baik, hanya dapat dihuni oleh orang yang Hok Qi, Sebaliknya, orang yang tidak mempunyai Hok Qi, Tak mungkin bisa menempati sebuah tempat yang berhong sui baik.

Walaupun kita melihat banyak orang miskin yang mengalami keberhasilan, namun juga melihat lebih banyak orang sukses yang mengalami kegagalan. Terasa benar bahwa manusia benar-benar terikat kuat oleh nasib yang ditakdirkan : segala sukses dan kegagalan, kegembiraan dan kesedihan, pertemuan dan perpisahan, berbagai macam pengalaman, kesemuanya dikendalikan oleh nasib dan takdir, Sedikitpun tidak dapat meloloskan diri dari nasib yang ditakdirkan.


Tidak sedikit orang yang berusaha merubah nasibnya, namun lebih banyak orang yang tak tahu bagaimana dan apa prinsip utama untuk merubah nasib, sehingga akhirnya menjadi sia-sia belaka.

Siapakah sebenarnya penentu nasib ? Benarkah Tuhan telah menetapkan nasib manusia ada yang yang kaya dan miskin, ada yang mulia dan hina ?

Ternyata teori nasib mendasarkan diri pada prinsip “sebab dan akibat”, dapat dimengerti dengan jelas tentang satu proses pergantian (Siklus),  “Masa lalu (masa sebelumnya)”, “masa kini (sekarang)”, dan “masa yang akan datang”.  Jadi satu-satunya cara memperbaiki nasib adalah berdasarkan hukum perputaran (sebab dan akibat), ini paling bersifat prinsipil : “untuk mengetahui sebab pada masa yang lalu, ialah melihat pada apa yang diterimanya pada masa kini, itulah sebabnya. Untuk mengetahui akibat pada masa yang akan datang, ialah melihat pada apa yang telah diperbuat pada masa kini, itulah akibatnya!”

Kita ambil contoh yang paling mudahnya pada masa kini anda seorang sarjana (dokter, insinyur, dll.), bagaimana seandainya pada masa lalu anda tidak berjuang untuk kuliah, apakah anda akan jadi sarjana?
Sedangkan kadar sarjana anda telah ditentukan pada masa kuliah dan dipengaruhi oleh perbuatan anda pada masa kini yang akan menentukan keberhasilan anda dimasa yang akan datang.

Bagaimana anda sekarang tidak sakit flue, sedangkan beberapa hari anda kurang istirahat dan kurang bergairah untuk makan, jika anda ingin cepat sembuh penyakit flue anda, mulai sekarang anda banyak istirahat dan makan, seandainya anda masih kurang istirahat ditambah begadang maka penyakit anda tidak akan cepat sembuh tetapi malah bertambah parah.

Tegasnya, benih apa yang anda tanam pada masa lalu, maka kini anda akan memetik buahnya. Dan benih apa yang anda tanam pada masa kini anda akan memetiknya / menerima buahnya. 
Kalau kita mengambil salah satu ayat didalam sebuah kitab suci : “Berilah keluargamu  makanan yang halal” yang bermakna seandainya pada masa ini keluarga anda diberikan makanan haram  yang berasal dari hasil korupsi, manipulasi, judi dan lain sebagainya. Maka anda telah menentukan nasib keluarga anda pada masa mendatang akan menerima nasib yang buruk, misalnya anak anda akan kecanduan narkoba, jadi penjudi, pemabuk, dls. Sedangkan anda sendiri telah menentukan nasib anda menjadi orang yang berpenyakitan, misalnya anda akan sakit ginjal, cuci darah, atau penyakit lain, yang akhirnya akan membawa harta yang anda dapatkan secara haram akan habis juga.

Jadi penentu nasib yang sejati tak lain dan tak bukan adalah diri kita sendiri,. Sebab semuanya adalah perbuatan kita dan ditanggung oleh kita sendiri. Siapapun tidak dapat memaksakan nasib pada anda, semuanya adalah perbuatan sendiri dan dialaminya sendiri.

Pada masa ini anda berhati kejam, membunuh makhluk hidup, hal itu telah menentukan bahwa  pada masa yang akan datang anda akan berusia pendek, atau banyak penyakit, hidup tanpa ketentraman dan kegembiraan.
Pada masa ini anda berusaha sekuat tenaga menghalangi keberuntungan / kepentingan orang lain, ini telah menetapkan nasib anda di masa mendatang penuh hambatan / halangan dalam perjalanan hidupmu.
Pada masa ini anda bersikap sombong dan sering menghina orang lain, hal ini telah menetapkan nasib anda dimasa yang akan datang sebagai orang yang hina dina.

Banyak orang yang bersujud memohon perlindungan Tuhan, ada pula yang memohon banyak rejeki, memohon banyak keuntungan, memohon mendapat anak, memohon penyembuhan dari penyakit, memohon mendapat jodoh, bahkan ada yang memohon memperpanjang usianya,

Dapatkah permohonan mereka dikabulkan ? Jika dapat terkabul, bukankah dengan cepat nasibnya dapat diperbaiki ?

Jika anda membunuh orang, merampok, atau menjual narkotik, setelah berhasil lalu dengan sangat sujud memohon Tuhan melindungi, apakah beliau akan mengabulkannya?

Jika biasanya anda tidak beramal, sepersenpun, tidak pernah menderma pada orang miskin atau sakit, waktu memohon usaha maju atau untung banyak, maka biarpun lutut dan kepala anda sampai lecet dan berdarah berlutut kepada Tuhan, apakah Tuhan mau menerima doa anda ? atau anda biasanya berbuat sedikit kebaikan, tetapi juga banyak melakukan kesalahan dan kejahatan atau biasanya sangat egois, tidak pernah memikirkan kepentingan umum, tidak pernah menolong orang yang terdesak kesulitan atau dalam otak anda hanya penuh dengan gagasan buruk, gemar merugikan orang lain untuk kepentingan diri sendiri, maka bagaimanapun anda bersujud dihadapan Tuhan, hasilnya tetaplah sia-sia belaka.

Banyak orang bertanya pada saya : “Dimasa ini aku berhati baik, sering membantu orang lain, tetapi mengapa aku bernasib buruk dan malah sering dibenci orang lain?”, Tak sedikit pula yang berkata : “Pada masa ini aku telah beramal banyak, dan selalu bersikap baik pada orang lain, mengapa nasibku tetap banyak halangan ? Sering kulihat orang lain berhati kejam, bahkan dengan segala cara untuk merugikan kepentingan orang lain demi keuntungannya sendiri, mengapa ia semakin jaya?

Sebenarnya apa yang diperbuat sekarang belum tentu akan segera menerima akibatnya, ada yang setelah masa tuanya barulah menerima akibatnya. Dan apa yang diterimanya pada masa sekarang, justru kebanyakan “BENIH” atau “SEBAB” yang telah ia tanam pada masa yang lalu, tepatnya seperti hutang-piutang.

Pada masa kini orang berbuat baik sebaliknya ia dibenci, ini disebabkan karena ia pada masa yang lalu berbuat serupa, membalas : kebaikan dengan kejahatan, jadi ia telah ber”HUTANG” pada masa yang lalu, pada masa kini ia akan merasakan hal yang serupa, artinya membayar hutangnya. Setelah hutang itu impas, barulah ia akan menerima balasan “Berhati baik”.

Bila “HUTANG” yang dibuatnya pada masa lalu itu besar, maka waktu  pelunasan “HUTANG” juga lebih lama, Jika “HUTANG” pada masa lalu itu ringan, maka masa pelunasan “HUTANG” menjadi lebih pendek. Ini adalah sangat adil.

Pada masa ini jalan hidupmu banyak hambatan, ini justru disebabkan karena anda dimasa yang lalu, sering menggunakan berbagai cara untuk merugikan kepentingan orang lain dan itulah sebabnya anda berhutang. Setelah hutang itu lunas, barulah menerima balasan baik yang sesuai dengan perbuatan baik yang anda perbuat

Terkadang timbul juga gejala “Menetralisir” hukum perputaran, misalnya benih kebajikan yang ditanam masa lalu, seharusnya pada masa ini ia akan menerima rejeki selama 10 Tahun, namun karena pada masa ini ia menanam BENIH KEJAHATAN, hal ini mengakibatkan rejekinya berkurang beberapa tahun, sebaliknya jika pada masa lalu telah menanam benih kejahatan seharusnya pada masa ini harus menerima nasib jeleknya beberapa tahun, tetapi masa ini ia telah banyak berbuat kebajikan, maka hukuman itu akan berkurang beberapa tahun.

Jika kebajikan yang dilakukan pada masa ini terus bertambah, inipun dapat menghapus akibat dari perbuatan jahatnya yang diterimanya. Cara “Menambah dan Mengurangi” semacam ini haruslah dilihat dari mana yang lebih berat antara “kebajikan” dan “Kejahatan”, hal ini dapat diibaratkan seperti timbangan. Inilah hakekat dari pada “Nasib aku sendiri yang membuat, rejeki aku pula yang mohon”.


Ini pula dasar pandangan (cara) memperbaiki nasib. Jika kita telah mengetahui bahwa pada masa lalu itu, kita baik secara sengaja maupun tidak telah melakukan kebajikan atau kejahatan, maka hal ini akan menentukan nasib yang diterimanya masa kini. Kita harus secepatnya sadar bertobat, segera menambah perbuatan kebajikan, agar bagian kebajikan lebih cepat bertambah dan lebih cepat mengurangi nasib jelek, kemudiaan terus menerus menambah kebajikan, agar kita secepatnya bisa menerima  nasib baik. Inilah satu-satunya cara untuk memperbaiki nasib

0 Response to "BAGAIMANA TERJADINYA BAIK DAN BURUKNYA NASIB - Pemuda Panca Marga, Jakarta Pusat"

Posting Komentar