Sudah terlalu banyak buku,
majalah atau tulisan yang mengingatkan kita akan perubahan dahsyat yang kini
terjadi, khususnya dalam dunia bisnis. Siapa yang cepat, dialah yang akan
mendapatkan kesempatan pertama. Namun, kesempatan inipun harus dipergunakan
dengan bijak karena jika tidak, akan ada banyak yang berbaris siap untuk
menggantikan. Inilah bisnis masa sekarang. Kondisi inipun lantas
berdampak terhadap bagaimana bisnis masa sekarang harus beroperasi. Mau tidak
mau., bisnis sekarang ditantang untuk lebih fleksibel, lebih gampang
beradaptasi serta menjadi organisasi pembelajar yang selalu siap untuk belajar
terhadap hal-hal baru.
Akibatnya, dunia bisnis pun
mencari dan mempertahankan sumber daya manusia yang lebih muda, lebih enerjik,
dan tetap produktif. Ini merupakan bagian dari upaya agar bisnis tetap dapat
bertahan dan bermaneuver melawan arus perubahan yang terus bergulir.
Untuk lebih mudahnya, mari kita
sedikit bernostalgia dan membandingkan bagaimana dunia kerja dulu dan sekarang.
Dunia kerja secara global hingga disekitar era 80 an, tampaknya masih menitik
beratkan pada loyalitas upaya menjaga dan mempertahankan karyawan-karyawanya. Secara tidak sadar, boleh dikatakan
perusahaan hingga era tersebut memiliki kredo seperti berikut :
“sebagai perusahaan, kita harus menghargai
karyawan yang telah setia dan loyal pada perusahaan. Karena itu, Kita akan
menjaga dan memberikan apresiasi sebesar-besarnya bagi karyawan yang loyal”
Kalau boleh dikata, pada masa tersebut, cinta perusahaan kepada karyawannya
masih “tanpa syarat”. Apalagi, jika karyawan tersebut telah mengabdi lama dan
setia. Perusahaan akan sangat menghargai jasa loyalitas seperti itu. Maka, tak
heran dalam beberapa perhitungan kompensasi pun, unsur loyalitas ini dimasukkan
sebagai komponen yang apresiasi.
Namun itulah dulu, Bagaimana di era 2000 an? Menunjukkan bahwa dunia kerja
telah mengalami perubahan sejalan dengan tuntutan bisnis yang berubah dengan
cepat. Akhirnya, kredo perusahaan yang dulunya seakan-akan tanpa syarat,
berubah menjadi begini ;
“Sebagai perusahaan, kita tetap menghargai
karyawan yang loyal dan setia. Namun kita hanya menghargai yang bisa memberikan
kontribusi dan andil bagi kemajuan perusahaan ini. Kalau dulu Anda pernah
berkontribusi banyak bagi perusahaan ini, kami ucapkan terima kasih. Namun,
sejarah tidak ada artinya bagi perusahaan ini. Jika dulu Anda pernah memberikan
andil, kami berharap sekarang dan dimasa depan Anda akan tetap memberikan
andil, itulah cara satu-satunya kami akan tetap memperhatikan dan
mempertahankan Anda”
Kredo perusahaan yang menganggungkan loyalitas pun mulai lenyap. Perusahaan
pun tidak lagi melihat loyalitas sebagai sesuatu yang perlu dibanggakan. Mereka
lebih membanggakan karyawan yang selalu berkontribusi. Cinta yang dulunya tanpa
syarat. Kini menjadi bersyarat.
Saya jadi membandingkan dengan sebuah kisah tentang seorang pimpinan
perusahaan di Jepang yang pada masa kritis, berjanji untuk tetap tidak melakukan
PHK. Bahkan, tatkala
semua perusahaan gulung tikar, ia tetap mempertahankan karyawannya. Dalam
situasi demikian, akibatnya perusahaanya selamat dari masa kritis karena
semangat kerja yang tinggi.
Jika saya mengingat cerita tersebut, tampaknya kisah itu hanya akan menjadi
novel belaka. Dengan berjalannya waktu, sedikit sekali perusahaan yang akan
menjalankan prinsip seperti itu untuk masa sekarang. Sebaliknya, dari sisi
pekerja pun, tidak banyak lagi yang bersemangat untuk loyal pada satu perusahaan
hingga mati. Bahkan di Jepang yang terkenal dengat semangat loyalitasnya juga
terjadi pada generasi mudanya. Mereka tidak lagi merasa loyalitas kepasa satu
perusahaan hingga mati sebagai nilai yang harus dijunjung tinggi. Mereka akan
mencari kesempatan serta peluang terbesar yang dapat mengoptimalkan potensi
mereka.
Gambaran kerja diatas, memberi kita insight bahwa kita sekarang berada
dalam dunia kerja yang diliputi rasa tidak aman. Karena itulah sebenarnya
membawa pesan yang sederhana. Satu-satunya sikap teraman adalah bukan dengan
ketergantungan kita kepada perusahaan tetapi justru dalam diri kira sendiri.
Hukum kontribusi secara singkat berbunyi demikian :
Nilai Anda bagi Perusahaan = Rupiah kontribusi Anda
+ Rupiah Anda Dibayar
Jika Anda perhatikan persamaan diatas, maka mudah untuk dipahami bahwa
seberapa perusahaan menganggap kita berharga atau tidak, sangat tergantung
kepada nilai kontribusi yang mampu kita berikan. Ingatlah, Perusahaan adalah
badan usaha yang mencari untung, bukan suatu yayasan sosial untuk beramal.
Keinginan mereka adalah melihat bahwa investasi yang mereka lakukan dengan
memberikan gaji, tunjangan, maupun berbagai fasilitas kepada Anda. Mendapatkan
nilai balik (return on investment) yang setimpal bahkan kalau bisa jauh lebih
besar daripada yang telah dikeluarkan.
Kembali pada persamaan diatas, Jelas sekali ada dua cara supaya nilai Anda
bagi perusahaan semakin bertambah. Cara pertama adalah mengurangi jumlah Anda
dibayar saat ini. Cara pertama ini, saya sendiri juga yakin, Bahwa tidak
mungkin Anda rela membiarkan Gaji Anda dikurangi hanya supaya nilai Anda bagi
perusahaan bertambah. Lagi pula, perusahaan yang cerdik pun tidak tertarik
hanya gara-gara gaji Anda lebih Murah.
Seperti yang pernah diungkapkan oleh seorang pimpinan perusahaan alat-alat
pengecatan. ”saya justru curiga kalau ada karyawan yang dibayar terlalu rendah.
Kalau sudah terlalu rendah, biasanya karyawan yang demikian kurang termotivasi,
Malahan justru ia menjadi parasit dan memberikan produktivitas yang rendah”.
Jadi tampaknya kita bisa melupakan cara pertama ini. Masalahnya, sudah
jelas Anda tidak mau mengurangi apa yang sudah Anda terima saat ini. Malahan
kalau bisa, Anda ingin agar gaji serta fasilitas yang Anda dapatkan justru
semakin bertambah.
Karena itu kita memiliki alternatif kedua. Cara kedua adalah dengan
menambah nilai rupiah kontribusi Anda. Nilai kontribusi tersebut berasal dari
hasil pekerjaan Anda. Perhatikan hasil pekerjaan yang Anda lakukan sekarang
ini. Apakah yang telah Anda sumbangkan bagi perusahaan? Nilai kontribusi
tersebut bisa berasal dari profit atau laba langsung bagi perusahaan. Bisa juga
dari kemungkinan kerugian yang diderita oleh perusahaan seandainya Anda tidak
ada disana. Bisa juga berasal dari effisiensi yang telah Anda kontribusikan,
Atau, bisa juga dari perbaikan proeses kerja yang Anda sumbangkan yang bernilai
tambah luar biasa bagi perusahaan.
Nilai kontribusi Anda yang lain bisa pula dihitung dari berapa nilai kerja
yang Anda berikan, dibandingkan jika perusahaan harus melakukan ”outsource”
kepada pihak yang lainnya.
Kita ambil contoh suatu perusahan farmasi terdapat seorang karyawan dengan
level Office boy yang punya keinginan belajar yang luar biasa. Mula-mula
pekerjaanya hanyalah pekerjaan seperti office boy biasanya membuatkan minuman,
menyediakan dokumen, melakukan persiapan perlengkapan alat training, termasuk
mengantar dokumen penting , dan lain-lain. Diantara waktu luangnya, ia tidak
keberatan untuk mulai belajar Msword, excel, bahkan program pembuatan SOP
seperti Visio. Dengan ketrampilannya tersebut, tampaklah kontribusinya
bertambah. Bahkan, dalam beberapa kesempatan, ia sering kali bertanya, Pak apa
lagi yang bisa saya lakukan untuk membantu ? Karena kontribusinya yang
luar biasa, Ia kini tidak lagi dibayar dengan Upah minimum regional yang
biasanya dibayarkan pada level office boy awal. Bahkan dengan kemampuannya
perusahaan memperhitungkan kontribusi yang ia berikan dengan nilai lebih pula.
Terima Kasih Anda telah membaca Naskah tersebut, Mohon maaf dan mohon ijin,
apabila naskah diatas kurang berkenan dihati
0 Response to "DUNIA KERJA TELAH BERUBAH BUNG - Pemuda Panca Marga Jakarta Pusat"
Posting Komentar