Metode
pengumpulan informasi oleh organisasi intelijen di seluruh dunia selalu
mengandalkan human intelligence (humint). Pertanyaannya kemudian adalah apakah
metode klasik penyampaian informasi ke kantor pusat masih saja berlangsung.
Pola-pola operasi dead drop microfiche dan brushpass, dll tampaknya semakin
rawan. Sementara komunikasi melalui internet jelas sangat terbuka oleh
program-program deteksi semacam cyberspy dan kaum hacker serta sistem
pengawasan oleh provider internet dan pemerintah.
Sistem
pengawasan lingkungan yang semakin ketat sejalan dengan perkembangan teknologi
mau tidak mau akan menyulitkan kegiatan rahasia di luar negeri.
Berbeda
dengan kegiatan rahasia di dalam negeri, kegiatan rahasia di luar negeri tidak
saja beresiko karena melanggar hukum sebuah negara melainkan juga karena bisa
merusak kredibilitas sebuah negara di mata negara yang dimata-matai. Lebih jauh
merusak hubungan diplomatik.
Hal
yang paling lucu dari kegiatan rahasia di luar negeri belakangan ini adalah
para intel dari berbagai negara akhirnya minum kopi bersama-sama di Starbuck
sambil berdiskusi tentang terorisme internasional, tentang masalah
internasional, dengan pengecualian masalah di negara masing-masing, lha
bagaimana ini…mungkin abad 21 ini merupakan akhir dari kasus-kasus espionage
antar negara. Hal ini saya perhatikan terjadi di Paris, Washington DC, Tokyo, Hongkong,
Singapore, dan bahkan Jakarta.
Tentu
tidak seluruhnya demikian, hal tersebut di atas hanya terjadi diantara
organisasi yang sudah menjadi counterpart dan memiliki kesepakatan untuk
bekerjasama. Tentu masih ada hal-hal yang bersifat spionase dalam kadar yang
relatif berbeda-beda.
Bagaimana
dengan kegiatan rahasia di dalam negeri? Dahulu salah seorang junior saya yang
berwajah sangar tapi baik hati sering mengajarkan pada calon agen untuk
mengutamakan keberanian, karena operasi di wilayah sendiri. Apapun persoalannya
bisa diatasi karena kita memiliki “hak” untuk melakukan operasi keamanan.
Keberanian yang kadangkala melangkahterlalu
jauh dari sisi kerahasiaan, akibatnya ada beberapa agen yang sangat baik harus
mengakhiri karirnya dari operasi lapangan karena terekspos ke pihak lawan atau
ke publik, contohnya agen yang membongkar jaringan Jamaah Islamiyah.
Mengingat
pentingnya kegiatan rahasia dengan segala prinsip-prinsipnya, saya ingin
menghimbau kepada seluruh jajaran intelijen untuk kembali menerapkan standar
baku kerahasiaan, khususnya dalam membentuk calon agen menjadi agen rahasia.
Agak
aneh membahas kegiatan rahasia di media yang tidak rahasia, tetapi dengan
variasi pembaca yang tidak saya ketahui, mungkin ada pesan yang tertangkap
entah oleh siapa.
0 Response to "Kegiatan Rahasia Intelijen - Pemuda Panca Marga, Jakarta Pusat"
Posting Komentar