Percaya kepada diri sendiri


Mempersoalkan keberanian, tidak membahas "Yakin kepada diri sendiri" adalah mustahil. Rasa percaya, adalah sendi keberanian. Dan rasa percaya itu harus dijiwai oleh keyakinan kepada diri sendiri. Yakin kepada diri sendiri adalah semacam kepahlawanan,

Percaya kepada diri sendiri adalah batu alas watak manusia, sesungguhnya, percaya terhadap diri sendiri itu tidak ada bedanya dengan percaya terhadap Tuhan Yang maha Esa.

2.5.1     Keyakinan kepada diri sendiri.

Sudah terang, bahwa orang yang berani, mesti memiliki keyakinan kepada diri sendiri. Sebab darimana ia mengambil keberaniannya itu jika tidak dari keyakinan terhadap dirinya ?
Ia percaya dan yakin kepada tenaganya.
Ia yakin kepada kemampuannya.
Ia  yakin kepada kecakapannya.
Ia yakin kepada kecedasannya.
Ia yakin kepada pribadinya.
Ia yakin kepada keyakinan hidupnya, kepada kebenaran Agama atau Ideologinya, Ia  pendeknya Yakin kepada tenaganya sendiri, sifat-sifatnya sendiri.

2.5.2     Mengenal diri sendiri.

Untuk mengenal diri sendiri secara sempurna tidaklah mungkin. Akan tetapi kita bisa memperbaiki pengetahuan kita tentang diri sendiri. Kita bisa menambah pengertian kita tentang diri kita sendiri.
Supaya saudara mengetahui lebih banyak tentang diri saudara maka saudara harus mulai membuat catatan tentang diri Saudara dengan sifat-sifat yang saudara ketahui. Dan oleh karena catatan itu adalah untuk diri Saudara sendiri, maka saudara tidak usah menyembunyikan apa-apa. Semakin terus terang semakin baik !
Daftar ini berisikan pertanyaan-pertanyaan, yang kita bisa jawab dengan : Ya atau Tidak.
1.             Apakah saya jujur ?
2.             Apakah saya tepati janji ?
3.             Apakah saya setia ?
4.             Apakah saya tabah ?
5.             Apakah saya berani terus terang ?
6.             Apakah saya suka menolong orang lain ?
7.             Apakah saya sehat ?
8.             Apakah saya bisa berpikir dengan cepat ?
9.             Apakah saya bijaksana?
10.          Apakah saya keras terhadap diri saya sendiri ?
11.          Apakah saya bekerja dengan suatu tujuan yang tertentu ?
12.          Apakah saya lekas putus asa ?
13.          Apakah saya mampu membuat putusan sendiri ?
14.          Apakah saya berpengaruh terhadap orang lain ?
15.          Apakah saya adil dalam mengeluarkan pendapat tentang seorang atau keadaan ?
16.          Apakah saya mempunyai daya-cipta, artinya bisakah saya dengan pikiran dan angan-angan saya membuat atau menyusun sesuatu yang baru ?
17.          Apakah saya bisa memegang rahasia ?
18.          Apakah saya bisa menahan diri ?
19.          Apakah saya bisa mempimpin ?
20.          Apakah saya mudah bergaul ?

Daftar diatas berisi pertanyaan-pertanyaan yang sifatnya positif (yang utama). Akan tetapi kitapun harus bisa mengajukan pertanyaan yang sifatnya negatif :
1.         Apakah saya mudah tersinggung ?
2.             Apakah saya pengecut ?
3.             Apakah saya malas ?

4.             Apakah saya mudah terpengaruh ?
5.             Apakah saya sembrono ?
6.             Apakah saya pemalu ?
7.             Apakah saya lekas marah ?
8.             Apakah saya curang ?
9.             Apakah saya serakah ?
10.          Apakah saya congkak ?
11.          Apakah saya tahan uji ?
12.          Apakah saya lekas letih ?
13.          Apakah saya ragu-ragu dalam mengambil keputusan ?
14.          Apakah saya lekas curiga ?
15.          Apakah saya suka berpura-pura ?
16.          Apakah saya pemboros ?
17.          Apakah saya suka meremehkan orang lain ?
18.          Apakah saya suka ngomong bertele-tele ?
19.          Apakah saya kikir ?
20.          Apakah saya suka bertengkar ?

Dengan menjawab pertanyaan ini, baik  yang positif maupun yang negatif, Saudara akan mendapat gambaran yang jelas tentang diri saudara, sehingga saudara mudah dalam sikap saudara untuk memperbaiki diri saudara.

2.5.3     Menghargai diri sendiri.

Disamping berusaha sebaik-baiknya untuk mengenal diri sendiri, maka saudara harus mempunyai keberanian untuk menghargai diri sendiri. Menilai diri terlalu rendah, adalah suatu mala petaka yang akan menjadikan hidup saudara suatu lelakon yang suram.
Dengan menaksir diri sendiri terlalu rendah, Saudara akan menghalangi-halangi diri Saudara dalam mencapai sukses dalam penghidupan. " Aku anak orang kecil. Bagaimana saya bisa menyamai, apalagi melebihi dia?" " Diplomaku cuma SD. Bagaimana bisa maju ?"

Pikiran-pikiran semacam itu adalah pikiran orng yang menaksir dirinya terlalu rendah. Niscaya, orang yang jenis-pikirannya demikian tak bahagia, Ia sudah kalah sebelum berjuang. Ia sudah menyerah sebelum mencoba kekuatannya. Bung Hatta selalu dengan senang hati menyebut Ucapan filsuf Herakleitos, Yakni : "Bahwa perjuangan ialah Bapak segala kemajuan". Memang, perjuangan dan sekali lagi perjuangan ialah tanda-tanda kehidupan, tanda-tanda peradaban, tanda-tanda kemajuan.

2.5.4     Hidup : Kancah perjuangan

Kita hidup , dus : Kita mesti berjuang ! dan senjata yang paling ampuh, yang paling sakti dalam kehidupan ini ialah : Keyakinan kepada diri sendiri.
Saudara boleh pandai sekali, Saudara boleh berhati emas seperti malaekat, Saudara boleh memiliki keahlian yang tiada tandingannya, Saudara boleh mengusai sepuluh bahasa, Saudara boleh berniat sebaik-baiknya dan setulus-tulusnya. Namun, jika saudara tidak yakin kepada diri sendiri, jika saudara memandang rendah diri saudara, maka saudarapun tidak akan memperoleh hasil sebesar-besarnya dari segala kepandaian dan kemampuan itu.

Memang jika angin sedang baik, keadaan sedang menguntungkan, boleh jadi kita bisa hidup senang dan gembira, akan tetapi pada suatu saat - ingat hidup ini kancah perjuangan ! - di depan muncul kesukaran, menoleh kebelakang, di belakang kita - menghadang kesulitan...... nah, apa yang akan terjadi, jika kita tidak percaya kepada diri-sendiri, jika kita memandang rendah diri kita ?.

 Kita akan ragu-ragu, akibatnya : semua sifat-sifat kita yang jempol-jempol itu ikut lenyap dengan lenyapnya keyakinan kita kepada diri kita!
Oleh karena itu, jangan sekali-kali kita menilai diri terlalu rendah.

2.5.5     Tekad Kuat

Mungkin sekali, dalam membaca makalah ini, dalam diri Saudara timbul keinginan untuk memupuk keyakinan kepada diri sendiri. Itulah langkah pertama yang baik sekali. Saudara tentu saja ingin yakin kepada diri sendiri, karena keyakinan ini membuat Saudara : Maju berhasil, dihormati, berpengaruh, dan lain-lainnya.

Sudah tentu setiap orang ingin maju, Kaya, dihormati, berpengaruh, dan entah apa lagi. Tapi......... keinginan saja tidak cukup Saudara harus secara sungguh-sungguh berkata kepada diri saudara sendiri : Hai .... (isi nama Saudara), betul-betulkah engkau berhasrat dan bertekad. Untuk memiliki keyakinan kepada diri sendiri ? Cukup besarkah tekadmu, cukup kuatkah hasratmu untuk memilikimya? Beranikah engkau memberikan pengorbanan-pengorbanan untuk itu ?". Jawaban-jawaban Saudara menentukan berhasil tidaknya usaha Saudara. Apakah yang menyebabkan kita malu ? Yang menyebabkan kita malu, ialah cara berpikir kita yang salah.

Tadi sudah kita katakan, dengan memandang rendah kepada diri sendiri, kita tidak akan memiliki keyakinan kepada diri sendiri. Dengan demikian, kitapun menjadi orang pemalu, dan lebih celaka lagi, pengecut !. Memang, rasa malu ditimbulkan oleh tertanamnya pikiran-pikiran yang salah terhadap kita sendiri, tentang orang lain, dan tentang segla macam keadaan dan peristiwa yang melingkungi kita.
Seperti yang kita katakan diatas, pencegah pertama ialah : "mengenal diri sendiri". Pencegah kedua ialah : "Menghargai diri sendiri". Ketiga, kita harus mempelajari sesama kita, dan menghargai sepatutnya, jangan berlebih-lebihan.  Biasanya orang pemalu mengukur dirinya terlalu rendah dan mengukur orang lain.

Keempat, jika kita berbicara dengan orang, sedapat-dapatnya kita mempersoalkan hal-hal yang kita betul-betul mengerti, sehingga orang yang kita ajak bicara bisa mendengarkan pembicaraan kita dengan penuh minat. Dengan begitu, rasa kepercayaan kita kepada diri sendiri akan bertambah dan tumbuh, karena kita mengetahui bahwa kita paham tentang sesuatu yang orang lain tidak mengerti. Dengan begitu, orang-orang lain menghargai kita, dan penghargaan kita terhadap kita sendiri menjadi bertambah pula.
Kelima, percayalah bahwa siapa yang jujur dan mengerjakan kewajibannya sebaik-baiknya, ia pasti akan menemukan jalan yang sebaik-baiknya pula dalam kehidupan ini, dan mau tidak mau orang terpaksa menghargai dia.
Keenam, (oleh karena itu) kita harus mengerjakan pekerjaan-pekerjaan kita sebaik-baiknya.

0 Response to "Percaya kepada diri sendiri"

Posting Komentar