Percaya sendi keberanian


Kita kadang-kadang bertemu dengan orang yang memberi kepada kita suatu perasaan aman. didekatnya, kita menjadi lebih tenteram dan lebih baik. Didekatnya, kita merasa terlindung. Apakah yang menyebabkan perasaan aman, tenteram, terlindung itu ?  Kepercayaan yang diberikannya penuh kepada kita. Itulah yang membuat kita merasa aman dan nyaman.

Ia mempercayai kita, tidak mengincar cela dan cacat kita, yang memang selalu ada pada setiap orang. Ia tidak berlaku sebagai mata-mata, ia tidak menghina. Sudah tentu, bahwa orang yang mampu menenteramkan hati kita, ia sendiri memang orang yang hatinya tenteram, hatinya aman. Sebab, mustahil orang bisa memberikan sesuatu kepada orang lain, yang ia sendiri tidak mempunyainya. Apakah yang menyebabkan orang memiliki hati tenteram? Tidak lain : Kepercayaan.

 Tiga Macam kepercayaan.

Kepercayaan adalah zat asam bagi hidup. Tanpa kepercayaan, tiada hidup sejati. Tanpa kepercayaan berarti kekacauan, dan keruwetan. Tanpa kepercayaan, hidup ini serba menggelisahkan dan membingungkan, sehingga tak pantas dinamakan hidup. Sebab  :Hidup (sejati) berarti hidup yang mengandung kemungkinan untuk berkembang dan maju. Sedangkan, tanpa kepercayaan, kemajuan tak mungkin, perkembangan terhenti.

Berpuluh-puluh tahun lamanya, bangsa Indonesia bergolak, berjuang untuk melepaskan diri dari belenggu penjajahan. Jalan melalui maut, jalan melalui penjara, dan buangan ditempuh oleh para pejuang kemerdekaan. Apakah sebabnya bangsa Indonesia dengan pelbagai cara, berusaha untuk lepas dari penjajahan ?

Tak lain : Karena dalam masyarakat jajahan tidak ada kepercayaan. Si penjajah tak percaya kepada si terjajah. Sebaliknya, si terjajah juga tak percaya kepada si penjajah. Sedang antara si terjajah sendiri timbul banyak kecurigaan.
Awas polisi, awas mata-mata, awas orang pergerakan, awas komunis. Awas ini, awas itu, terus-menerus meliputi jiwa bangsa Indonesia, sampai-sampai pada hari ini, bekas-bekas perasaan-perasaan yang merugikan ini belum lenyap sepenuhnya dari hati sanubarinya.

Adapun kepercayaan yang sangat penting sebagai sendi-sendi pokok bagi langsungnya hidup-berani, yang bagi penghidupan rohani adalah laksana zat-asam bagi kehidupan jasmani ada tiga macamnya :
Pertama, percaya kepada hidup.
Kedua, percaya kepada Orang lain.
Ketiga , percaya kepada diri sendiri.

 Percaya kepada hidup

Orang yang cemas, takut, pada hakekatnya adalah orang yang kehilangan kepercayaannya kepada hidup. Biasanya hilangnya kepercayaan itu disebabkan karena ia telah mengalami hal-hal yang pahit yang tidak bisa diatasi.
Memang, selama kita sehat wal'afiat dan semua berjalan beres, secara sewajarnya, kita percaya pada hidup ini. Dalam diri kita ada perasaan teguh, suatu sumber hidup yang penuh segar. Rasa percaya yang hidup dan bergaya melindungi kita, mendukung kita untuk waktu yang lama, dan seolah-olah hidup ini memang suatu perjalanan yang penuh harapan-harapan yang serba bagus. Juga Saudara pasti pernah mengalami perasaan ini.

Akan tetapi, pada suatu waktu datanglah kesulitan-kesulitan. Malapetaka yang satu belum kunjung selesai, menyusullah kemalangan lain. Saudara mengalami beberapa kegagalan, misalnya dalam percintaan, dalam pekerjaan, dalam usaha saudara. Orang yang saudara puja, berbuat sesuatu yang menggoncangkan hati sanubari Saudara. Sedikit demi sedikit, kepercayaan yang ada didalam diri saudara goyah. Makin lama makin bertambah berat goyahnya. Hidup Saudara tak lagi bersinar-sinar. Saudara memjadi putus asa.

Kita semua harus lebih percaya lagi kepada hidup, percaya bahwa hidup kita, dan hidup bangsa kita, bahkan hidup seluruh umat manusia ini, yang mengandung segala alat kemampuan untuk mengatasi kesukaran-kesukaran yang bagaimanapun hebatnya. Dan justeru, percaya kepada hidup, adalah salah suatu sendi hidup berani dan mulia.
 

Percaya kepada orang lain

Curiga, Kecewa ! Memang. Kita tidak bisa selalu melepaskan diri dari perasaan-perasaan ini. Hampir setiap kita pernah dibohongi, ditipu, dirugikan, dikecewakan. Apalagi koran-koran kita setiap hari menghidangkan berita-berita tentang penipuan, korupsi, perampokan, pencurian, penggelapan, penyuapan, seolah-olah hanya itu saja yang terjadi dalam masyarakat kita ini. Akan tetapi juga di Amerika, India, Jepang, dan negara-negara Eropa, koran-koran menyediakan tempat khusus untuk menyiarkan berita semacam itu.

Namun percayalah, disamping kejadian-kejadian penipuan, pembohongan, pencopetan, terjadi pula peristiwa-peristiwa yang patut terpuji. Disamping dua atau tiga orang yang curang, masih ada sedikitnya seratus orang yang jujur. Sehingga sesungguhnya kecurigaan kita, pessimisme kita itu, pada umumnya berdasarkan perkiraan yang salah belaka. Dunia dan masyarakat kita tidak sejelek seperti yang dituliskan oleh koran, tidak semesum seperti yang suka dibisik-bisikan orang.

Kita patut memberi lebih banyak kepercayaan kepada dunia dan masyarakat dari pada yang kita berikan dulu. Dalam pada itu, selain mempercayai masyarakat dan orang lain adalah berdasarkan kenyataan yang lebih besar, maka sikap percaya kepada orang lain adalah sikap yang menguntungkan. Menguntungkan, baik bagi kesejahteraan rohani maupun jasmani kita. Orang yang bertekad untuk menjalani hidup berasaskan keberanian, harus berusaha sebanyak-banyaknya mempercayai orang lain.

Orang yang samasekali tidak percaya kepada orang lain, yang hidupnya samasekali diliputi oleh rasa curiga, akhirnya akan gila - puncak penyakit rohani. Maka itu, orang yang jiwanya sehat,  mempercayai orang lain sepenuhnya. Jika kita mempelajari kehidupan orang-orang besar seperti Nabi Muhammad, Isa al Masih, kita akan sadar bahwa dalam tindak-tanduknya terpancar rasa percaya kepada orang lain. Tak jarang mereka ditipu, dikhianati, namun mereka tak kehilangan rasa kepercayaannya kepada orang lain.
Diabad kita ini, Mahatma Gandhi adalah orang yang berdasarkan politiknya semata-mata kepada keadilan dan kepercayaan. Gandhi, merupakan salah seorang pemimpin bangsa, yang keharuman namanya semerbak meluputi seluruh dunia, jauh melampaui batas-batas negerinya.

Kepercayaan menegakkan manusia. Kepercayaan adalah faktor membangun dalam perbuatan-perbuatan yang baik. Dalam suasana curiga-mencurigai semuanya menjadi dibuat-buat dan dipaksa-paksa. Dalam suasana percaya mempercayai, timbul sikap serta merta wajar, riang dan dalam suasana percaya mempercayai, timbul kemungkinan bagi kegiatan-kegiatan yang membangun.

Memang, tanpa kepercayaan tidak ada suatu rumah tangga yang bisa sejahtera, tak ada usaha yang bisa berjalan lancar, tidak ada masyarakat bangsa yang bisa jaya. Dan supaya timbul kepercayan itu, kitalah yang harus mengambil inisiatip : kita harus mulai memberikan kepercayaan.
Dunia ini dikuasai oleh hukum timbal balik. Siapa yang mempercayai, ia dipercayai. Siapa yang mencurigai, ia dicurigai. Dan sesungguhnya, orang-orang yang benar-benar menjalani hidup berani, ia berani mempercayai orang lain, berikut berani menerima risiko yang terkandung dalam kepercayaanya.

0 Response to "Percaya sendi keberanian"

Posting Komentar