Tujuan pengingkaran ialah agar
setiap individu ingkar terhadap para pemimpinnya, baik pemimpin masyarakat
maupun pemimpin bangsanya. Pengingkaran itu diharapkan bisa melanda pemimpin
agama, mengikat lagi terhadap agama, orgnisasi dan ideologi politiknya, dan
kahirnya tidak lagi peduli kepada negara dan bangsanya. Jika misi itu berhasil,
maka massa akan menjadi liar, seakan terlepas dari segala ikatan. Tiada lagi
rasa cinta kepada tanah air yang dikaruniakan
Tuhan kepadanya, tiada belas kasiha
kepada bawahan, dan perintah atasan tak ada yang menghiraukan. Rakyat tidak
percaya lagi kepada agama, pemerintah, ideologi, politik partai, loyalitasnya
luntur dan patriotismenya lenyap. Agent-agent penggalang terus menuggangi
mereka, menghalaunya ke arah yang dikehendakinya. Kemudian agent itu memberikan
keyakinan baru, bahwa masih ada ideologi yang cerah masa depannya. Dengan
ideologi yang baru di import dari negara sponsor itu, masyarakat dan negaranya
bisa diperbaiki. Akan tetapi persatuan dan kesatuan bangsa sudah terlanjur
ambruk, apalagi kepercayaan diri sudah sirna, maka para pemimpin yang bingung
itu segera goyah pendiriannya dan akhirnya terpengaruh.
Orang yang dulunya mempunyai
idealisme, mempunyai pengaruh, terutama di kalangan masyarakat dan
pemerintahan, kini terpukau oleh pandangan dan ideologi alternatif (yang akan
tetap asing jika diterapkan di bumu pertiwi NKRI). Pemimpin seperti itulah yang
disebut pengkhiatan bangsa karena ia mengkhianati ideologi negaranya sendiri
dan menterjemahkannya sendiri dengan kecerdasannya tanpa belajar dari sejarah
bangsa ini.
0 Response to "pola operasi intelijen secara clandestine (Pengingkaran) - Pemuda Panca Marga, Jakarta Pusat"
Posting Komentar