PERSIAPAN MEMOTIVASI ORANG LAIN - Pemuda Panca Marga, Jakarta Pusat



Jika karir Anda telah sampai pada masa stabil, sementara Anda masih sangat berharap untuk terus mendaki posisi yang tinggi, ini bisa menjadi persoalan dalam memotivasi orang lain. Anda termasuk orang yang beruntung jika Anda berada dalam bidang yang Anda sukai. Apalagi bila Anda sangat menguasai, berkeahlian dan penuh motivasi diri dalam bidang tersebut. Anda tentu menjadi sumber kecemburuan orang-orang yang tidak mempunyai kualitas positif seperti yang Anda miliki. Jika Anda merupakan seseorang yang selalu menjadi pemrakarsa terhadap segala gagasan, bisa menjaga fokus tujuan-tujuan Anda, menyeimbangkan antara waktu dan prioritas Anda dalam meraih tujuan tersebut; maka kelemahan-kelemahan Anda dengan sendirinya teratasi. Saya mengenal orang-orang yang mempunyai keahlian, pengetahuan dan dorongan kuat untuk sukses, namun semuanya itu ternyata tetap kurang memadai.. yaitu: kurang dalam hal aspirasi dan harapan. Mereka mungkin mempunyai ukuran sukses sendiri, tapi mereka tidak meraih.
“Berprestasi rata-rata?”
“Ya.”
Tidak heran jika orang memenangkan kontes popularitas, ia makan malam dan menghibur diri bersama para pelanggannya dan mengizinkan mereka untuk mengajaknya kapan pun mereka sempat. Ia telah membuat hidup ini mudah untuk setiap orang, namun tidak mendapatkan apa-apa sebagai imbalan selain kesia-siaan. Mungkin tidak menjadi masalah jika orang-orang yang sering ditraktirnya ini ikut memberikan suara agar ia mendapatkan tambahan atau bonus. Namun kenyataanya tidak. Ia tahu bagaimana bergaul dengan para pelanggan, namun tidak demi keuntungan yang bisa diperolehnya bahkan juga tidak untuk keuntungan si pelanggan.
Dibutuhkan banyak pemikiran, keahlian dan praktik-tak bedanya dengan ilmu pengetahuan yang dipelajari di sekolah dan universitas–agar pergaulan dengan orang-orang lain bisa menguatkan dan menunjang kedudukan Anda.
Bahwa menghadapi orang merupakan tantangan yang paling sulit,, “Bahkan dalam urusan-urusan teknis seperti bidang perekayasaan, sekitar 15% keberhasilan finansial seseorang merupakan hasil dari pengetahuan teknis dan sekitar 85% adalah hasil keahlian dalam menjalin hubungan dengan orang lain termasuk kepribadian dan kemampuan bergaul dengan orang lain”.
Berapapun persentasenya, perhitungan tersebut tetap benar bahwa ada korelasi antara keberhasilan seseorang (tidak hanya dalam hal finansial) dengan kemampuannya menghadapi orang lain.

7.1          Keahlian Dalam Menghadapi Orang Lain


Sungguh mudah mengenali orang-orang yang biasa mengembangkan keahlian dalam menghadapi orang lain. Mereka biasanya menemukan cara yang terbaik (baik dalam hal memilih restoran, pemasok atau tempat relokasi), dan para  mitra kerjanya dengan suka rela mengikuti mereka atau tidak sadar menjalani arahan mereka.

Para motivator yang berhasil kerapkali menjadi pemimpin yang paling berhasil juga. Mereka adalah orang-orang yang biasa membuat segala hal menjadi kenyataan. Dengan segenap kemampuanya dalam mempengaruhi, memberikan insipirasi dan memelihara; mereka menggerakkan orang lain untuk bertindak. Mereka adalah orang-orang yang biasa pasive, tahu saatnya harus menggunakan tekanan, serta tahu jenis tekanan yang harus diterapkan. Yang saya maksud bukan gertakan. Setiap orang biasa saja menggerakkan orang lain dengan todongan pistol atau cambukan, namun saya tidak menganggap orang tersebut memiliki keahlian dalam mengatur orang lain.




Saya paling terkesan dengan orang yang tampak biasa namun mempunyai kemampuan mengagumkan dalam memotivasi orang lain untuk bekerja keras dalam mendapatkan kinerja yang unggul tanpa membuat mereka merasa terampas individualitas atau harga dirinya. Banyak motivator hebat yang memang ramah tamah dan kharismatik; sebagian kelihatan bersifat manipulatif, tapi semuanya mempunyai kemampuan naluriah untuk membuat dirinya dipahami orang lain dan juga memahami perkataan, perasaan dan tindakan-tindakan orang lain. Mereka juga sanggup membuat orang lain menerima arti perkataan dan tindakan-tindakan mereka. Singkatnya, mereka merupakan komunikator yang terlatih.

  Keahlian apa saja yang dimiliki para motivaror sukses?

  a.           Kemampuan untuk berpikir jernih

Kemampuan ini diperlukan untuk membedakan fakta dari perkiraan, khayalan dan fiksi. Juga bisa berpikir obyektif dan menjaga emosi tetap terkendali. Motivator yang terlatih mengetahui apa yang mereka ingin selesaikan dan sanggup menjaga tujuan dan motifnya dalam garis yang jelas. Bahkan ketika mereka harus menghadapi isu-isu politik atau yang mudah membangkitkan emosi.    
Mereka memberi batas jelas antara keinginan dan kebutuhan, dan selalu berusaha menjaga prioritasnya bersama dalam keteraturan dan keseimbangan.

b.             Kemampuan untuk bisa dipahami orang lain

Saat seorang motivator menyampaikan gagasan dan perasaan–pada individu atau kelompok–kata-kata, intonasi dan bahasa tubuhnya terpadu dalam harmoni. Tidak pernah mereka menyampaikan pesan-pesan yang mengandung makna ganda atau membingungkan.
Motivator bicara dengan menggunakan bahasa yang dimengerti para pendengarnya, dan tidak mau mengambil resiko hingga maksud-maksud  mereka tidak tertangkap karena hambatan bahasa. Mereka sedang menuju sasaran atau menyimpang.   
Mereka menyadari bahwa sebagian besar orang kurang mempunyai kemampuan dalam mendengarkan, sehingga mereka berusaha keras untuk menyampaikan maksud-maksudnya secara  langsung dan sekomprehensif mungkin. inilah fakta bahwa kebanyakan orang hanya mengingat 20 persen dari apa yang mereka dengarkan.

  c.           Motivator efektif adalah pendengar yang baik

Mereka mendengarkan reaksi-reaksi yang muncul untuk meyakinkan diri bahwa mereka dipahami. Mereka juga mendengarkan untuk memahami kedudukan orang lain. Mereka memperhatikan tanda dan isyarat yang memberi mereka wawasan mengenai posisi orang lain. Mereka menyadari pilihan kata, intonasi dan bahasa tubuh yang dipergunakan orang lain. Apa yang dikatakan orang lain pasti menarik minat mereka.        
Jelas bahwa apa yang mereka lakukan tidaklah gampang. Jika memang demikian, maka kita harus bisa menjadi pendengar  yang terlatih.
i)       Mereka memperhatikan  apa yang orang lain katakan, dan berusaha mencegah segala hal yang memecah konsentrasinya.
2)      Mereka menjaga pikirannya tetap terkendali; menjaganya dari kemungkinan pikiran yang menerawang atau memanfaatkan waktu bicara orang lain untuk mempersiapkan kesempatan bicara berikutnya.




 d.            Motivator sukses adalah pembicara yang terlatih

Mereka mengetahui cara bertukar pikiran dan perasaan. Mereka sadar akan perbedaan antara berdiskusi dengan menggurui atau berkhotbah.
Seperti penari balet yang baik, pembicara yang terlatih bisa membimbing pasangannya tanpa terlihat adanya unsur manipulasi atau paksaan. Karena mereka mendengar dengan penuh perhatian, maka mereka sanggup mencegah orang lain menyimpang dari pokok pembicaraan. Dengan disertai senyuman, suatu seruan atau komentar singkat yang sopan atau pertanyaan, mereka mengarahkan pembicaraan. Pada saat bersamaan, pembicara merasa ia mendapatkan seorang pendengar yang apresiasif. Sehingga, orang lain pun tidak hanya merasa nyaman, terjamin dan tersanjung tapi yang lebih penting juga merasa lebih komunikatif.
Menurut pandangan saya, pembicaraan merupakan format memotivasi yang paling efektif dan andal. Selain itu, pembicaraan merupakan format yang paling langsung dan fleksibel.

e.             Motivator yang paling efektif juga terlatih dalam komunikasi tertulis

Bagi sebagian orang, lebih mudah dan aman untuk menuangkan pikirannya dalam bentuk tulisan daripada mengungkapkannya secara verbal. Hal ini bisa dimaklumi. Penulis mempunyai waktu untuk menyeleksi kata, menyusun pikirannya secara sistematis tanpa diganggu oleh reaksi penerima, dan bisa menyampaikan isi hatinya yang paling murni. Komunikator yang sungguh-sungguh bagus adalah mereka yang bisa menyampaikan pesan mereka. Mereka mempunyai kemampuan dalam menyampaikan pendapat dan personalitasnya pada sebuah tulisan untuk menciptakan suatu suasana hati yang dibutuhkan dan membangkitkan respon.

Ia juga mengatur agar faktor waktu selalu dalam perspektifnya dan menyampaikan pesannya pada waktu yang paling menguntungkan. Waktu bisa menjadi faktor yang amat rawan jika Anda sedang menghadapi isu-isu yang emosional atau panas pada surat atau memo. Sebagai contoh, saya pikir tidak selayaknya dan anti produktif untuk mengirimkan sebuah surat teguran keras kepada karyawan yang sedang memulai liburan; komunikator yang baik meyakikankan diri bahwa perasaan dan sentimen yang ia ungkapkan di surat yang ia tulis pada hari Rabu akan diserahkan Senin berikutnya, saat surat itu diterima dan dibaca.
Jadi motivator yang ulung–entah itu dalam hal  mempengaruhi anak-anaknya, pelanggan, penduduk atau tenaga kerjanya– merupakan pendengar dan penyampai (expresser) yang baik. Tentu saja, dibutuhkan lebih dari sekedar keahlian komunikasi untuk bisa secara konsisten memotivasi orang-orang lain.

 

7.2          Apakah Motivator yang Efektif itu Karena Jujur


Sebagian besar observasi pada tulisan ini memfokuskan pada komunikasi dan motivasi, tapi hal tersebut bukan merupakan kesimpulan dari berbagai penelitian statistik dan tidak bisa didokumentasikan secara ilmiah. Jadi bila ada pertanyaan: “Apakah motivator yang efektif itu cuma karena jujur?” Saya akan menjawab: “Hampir selalu!”

Barangkali merasa beruntung karena dilahirkan dalam keluarga yang terbiasa bicara sehingga memungkinkan terjadinya diskusi yang terbuka dan bebas bahkan mungkin adu argumentasi. Mereka terutama beruntung jika berada dalam lingkungan yang memungkinkan mereka menyatakan perasaannya tanpa perlu atau takut, dan diberi dorongan yang sama terhadap pengungkapan verbal dan nonverbal.




Namun, tidak banyak yang diajari keahlian berkomunikasi –tidak di sekolah ataupun di kantor. Mereka yang mempunyai bakat alamiah dalam mengungkapkan diri mungkin telah dibimbing masuk menjadi mahasiswa politik, kelompok debat, group drama atau majalah sekolah –semuanya hal yang istimewa. Sementara sisanya –komunikator yang pemalu atau gampang gugup– sangat jarang diikutkan sebagai calon peserta kegiatan ekstra kurikuler yang bisa membangkitkan bakat mereka.

Ini sungguh memprihatinkan bahwa sekolah dan universitas kita tidak menganggap kemampuan komunikasi sepenting pelajaran fisika atau sejarah. Sungguh membingungkan melihat kenyataan bahwa persyaratan yang diminta kebanyakan universitas adalah kemampuan dalam berbahasa asing namun sama sekali tidak mensyaratkan kesanggupan untuk mengungkapkan pikiran dan gagasannya secara komprehensif  lewat bahasa sehari-hari kita.

Rasanya aneh jika kita mengabaikan pengembangan kemampuan berkomunikasi secara efektif. Semua orang – terlihat atau tidak dalam bisnis –  membutuhkan keahlian agar bisa dipahami: untuk menggambarkan perasaan kita dengan akurat, melaporkan penemuan-penemuan kita, menyatakan pendirian kita, mengutarakan pandangan kita, meminta bantuan atau memohon dukungan. Kita butuh keahlian tersebut agar pesan-pesan menjadi masuk akal. Keahlian berkomunikasi sama pentingnya dengan pelajaran-pelajaran lain, dan seharusnya sudah diajarkan sejak sekolah dasar.

 

7.3          Tiga “M” Tidak Cukup


Lembaga pendidikan kita mempunyai andil atas problem yang muncul dalam menghasilkan para murid yang bisa membaca, menulis dan mengerjakan matematika dasar. Problem ini sudah demikian parah dan mengkhawatirkan sebagaimana orang bisa lihat pada para pelamar kerja usia muda.
Banyak lulusan sekolah menengah yang sebenarnya secara fungsional buta huruf –dan sebagian dari lulusan itu tetap saja bisa melanjutkan ke perguruan tinggi. Saya akhirnya paham mengapa kebanyakan buku teks perguruan tinggi tertulis untuk tingkat sekolah menengah pertama.

Orang-orang yang mempunyai kesulitan dalam membaca, dengan sendirinya akan menemui kesulitan dalam menulis, jadi bisa dibayangkan apa yang akan terjadi pada seni komunikasi tertulis. Ini bisa menjadi pengalaman yang tidak mengenakkan jika surat-surat yang ditulis oleh orang-orang yang seharusnya bertugas menyelesaikan berbagai persoalan umum justru masih bertanya soal faktur atau potongan harga. Kualitas tulisannya seringkali mirip karangan anak-anak; terdapat banyak kesalahan ejaan dan tatabahasa. Sebagian besar orang yang bekerja sebagai pelayan seharusnya bisa menerjemahkan kata-kata sandi dalam surat. Namun, banyak orang yang digaji untuk menguraikan permasalahan pelanggan malah menambah kebingungan karena mereka tidak mampu menulis dengan jelas dan langsung.

Bagaimana dengan matematika? Kelas-kelas matematika di perguruan tinggi dipenuhi anak-anak muda yang lulus dari SMA tanpa pemahaman yang memadai sama sekali mengenai matematika dasar. Seorang perawat muda mengatakan pada saya bahwa meskipun ia telah menyelesaikan kursus keterampilan secara memuaskan dan mendapatkan ijazah dari sekolah yang bergengsi namun ia tetap tidak mengerti matematika perkalian! Barangkali meluasnya penggunaan kalkulator dan komputer menjadi faktor penyebab, namun seharusnya tidak sampai separah itu.
Seorang lulusan sekolah menengah yang bekerja sebagai tenaga pengarsipan disebuah perusahaan besar akhirnya melamar sebuah posisi yang banyak menangani perhitungan statistik, dan ternyata kemudian ia diterima. Satu jam setelah ia memulai tugasnya yang pertama, ia telah berdiri di depan pintu pimpinanya. Ia kelihatan bingung dan patah semangat.




“Angka persentase ini benar-benar rumit, namun saya tidak ingat bagaimana acara mengkalkulasinya.”
Pimpinannya segera menyadari bahwa bagian sumber daya manusia telah membuat kesalahan fatal, namun ia tidak ingin membuat pekerja tersebut tambah bingung dan putus asa, maka ia berusaha menjelaskan pemecahan masalah tersebut secara sederhana.

Anak muda tersebut memandangi angka-angka yang ditunjukkan pimpinannya dan seketika berkeluh kesah: “Ah, cara pembagian yang rumit,  bilangan desimal, dan pecahan! Anda tidak membutuhkan saya”.
Saya tidak mengada-ada dengan  cerita tersebut. Para pendidik juga tahu bahwa ini merupakan problem yang serius, yakin bahwa jika kemampuan komunikasi personal diajarkan di sekolah-sekolah  kita, pasti akan terjadi keadaan yang jauh lebih baik untuk sebagian besar mata pelajaran lain.
Kita membutuhkan pelajaran mendengar. Kemampuan mendengarkan yang parah akan membebani sektor bisnis dan industri dengan biaya jutaan setiap tahunnya, belum termasuk biaya yang muncul karena terjadinya kekacauan mengungkapkan diri secara tertulis dan verbal.

Hal-hal berikut ini bisa dilakukan saat ini untuk meningkatkan kemampuan komunikasi kita pertama, kita harus menyadari dan mengakui bahwa kemampuan komunikasi ini memang perlu ditingkatkan. Ada kalanya sulit sekali untuk melakukan hal tersebut karena kita terbiasa menyalahkan orang lain bila terjadi kesalahpahaman dalam komunikasi. Sungguh mudah dan melegakan untuk melemparkan kesalahan komunikasi pada orang lain yang –menurut kita– tidak mampu memahami perkataan dan maksud kita. Selain itu, kita juga sering menuduh orang lain tidak mendengarkan kita, tidak konsentrasi dan mendistorsi maksud kita dengar persepsi pribadi. Bagaimanapun, mungkin juga mereka ikut andil atas munculnya problem tersebut, namun kesempatan tetap ada pada kita.

Selama bertahun-tahun, problem komunikasi ini bisa dilihat pada banyak hal, dan pada saat yang bersamaan problem itu sudah tersebar merata di masyarakat. Ada beberapa program komunikasi yang berhasil dan bertahan dalam waktu yang sama; sementara program lainnya seperti sekedar iseng saja dan cepat menghilang; ada juga yang  mempunyai karakteristik seperti tempat pemujaan yang terselubung.

Anda dapat mengambil manfaat dari berbagai saran di atas namun cara paling baik untuk mengembangkan kemampuan bicara Anda adalah melalui pengalaman praktis. Apapun pekerjaan Anda, cobalah untuk selalu menjadi pendengar di barisan paling depan dan itu tidak harus dalam kesempatan bisnis. Jadilah sukarelawan untuk tugas-tugas kepanitiaan dan gugus tugas tempat Anda bisa menyampaikan gagasan dan informasi. Bicaralah di sekolah-sekolah, kelompok-kelompok studi dan sosial hingga berbagai organisasi yang tertarik pada kerja dan pengalaman Anda. Ada banyak kesempatan bagi setiap orang yang menghendaki peningkatan atas kemampuannya berkomunikasi.

Jangan melarikan diri dari berbagai kelompok tersebut sampai Anda menuntaskan membaca buku ini. Bisa jadi kelompok-kelompok itulah yang Anda butuhkan untuk menjadi pendengar yang efisien atau penyampai pesan yang cakap.

0 Response to "PERSIAPAN MEMOTIVASI ORANG LAIN - Pemuda Panca Marga, Jakarta Pusat"

Posting Komentar