Jika karir Anda telah sampai pada masa stabil, sementara Anda masih sangat berharap untuk terus mendaki posisi yang tinggi, ini bisa menjadi persoalan dalam memotivasi orang lain. Anda termasuk orang yang beruntung jika Anda berada dalam bidang yang Anda sukai. Apalagi bila Anda sangat menguasai, berkeahlian dan penuh motivasi diri dalam bidang tersebut. Anda tentu menjadi sumber kecemburuan orang-orang yang tidak mempunyai kualitas positif seperti yang Anda miliki. Jika Anda merupakan seseorang yang selalu menjadi pemrakarsa terhadap segala gagasan, bisa menjaga fokus tujuan-tujuan Anda, menyeimbangkan antara waktu dan prioritas Anda dalam meraih tujuan tersebut; maka kelemahan-kelemahan Anda dengan sendirinya teratasi. Saya mengenal orang-orang yang mempunyai keahlian, pengetahuan dan dorongan kuat untuk sukses, namun semuanya itu ternyata tetap kurang memadai.. yaitu: kurang dalam hal aspirasi dan harapan. Mereka mungkin mempunyai ukuran sukses sendiri, tapi mereka tidak meraih.
“Berprestasi
rata-rata?”
“Ya.”
Tidak
heran jika orang memenangkan kontes popularitas, ia makan malam dan menghibur
diri bersama para pelanggannya dan mengizinkan mereka untuk mengajaknya kapan
pun mereka sempat. Ia telah membuat hidup ini mudah untuk setiap orang, namun
tidak mendapatkan apa-apa sebagai imbalan selain kesia-siaan. Mungkin tidak menjadi
masalah jika orang-orang yang sering ditraktirnya ini ikut memberikan suara
agar ia mendapatkan tambahan atau bonus. Namun kenyataanya tidak. Ia tahu
bagaimana bergaul dengan para pelanggan, namun tidak demi keuntungan yang bisa
diperolehnya bahkan juga tidak untuk keuntungan si pelanggan.
Dibutuhkan banyak pemikiran, keahlian dan
praktik-tak bedanya dengan ilmu pengetahuan yang dipelajari di sekolah dan
universitas–agar pergaulan dengan orang-orang lain bisa menguatkan dan
menunjang kedudukan Anda.
Bahwa
menghadapi orang merupakan tantangan yang paling sulit,, “Bahkan dalam
urusan-urusan teknis seperti bidang perekayasaan, sekitar 15% keberhasilan
finansial seseorang merupakan hasil dari pengetahuan teknis dan sekitar 85%
adalah hasil keahlian dalam menjalin hubungan dengan orang lain termasuk
kepribadian dan kemampuan bergaul dengan orang lain”.
Berapapun
persentasenya, perhitungan tersebut tetap benar bahwa ada korelasi antara
keberhasilan seseorang (tidak hanya dalam hal finansial) dengan kemampuannya
menghadapi orang lain.
7.1 Keahlian Dalam Menghadapi Orang Lain
Sungguh
mudah mengenali orang-orang yang biasa mengembangkan keahlian dalam menghadapi
orang lain. Mereka biasanya menemukan cara yang terbaik (baik dalam hal memilih
restoran, pemasok atau tempat relokasi), dan para mitra kerjanya dengan suka rela mengikuti
mereka atau tidak sadar menjalani arahan mereka.
Para
motivator yang berhasil kerapkali menjadi pemimpin yang paling berhasil juga.
Mereka adalah orang-orang yang biasa membuat segala hal menjadi kenyataan.
Dengan segenap kemampuanya dalam mempengaruhi, memberikan insipirasi dan
memelihara; mereka menggerakkan orang lain untuk bertindak. Mereka adalah
orang-orang yang biasa pasive, tahu saatnya harus menggunakan tekanan, serta
tahu jenis tekanan yang harus diterapkan. Yang saya maksud bukan gertakan.
Setiap orang biasa saja menggerakkan orang lain dengan todongan pistol atau
cambukan, namun saya tidak menganggap orang tersebut memiliki keahlian dalam
mengatur orang lain.
Saya
paling terkesan dengan orang yang tampak biasa namun mempunyai kemampuan
mengagumkan dalam memotivasi orang lain untuk bekerja keras dalam mendapatkan
kinerja yang unggul tanpa membuat mereka merasa terampas individualitas atau
harga dirinya. Banyak motivator hebat yang memang ramah tamah dan kharismatik;
sebagian kelihatan bersifat manipulatif, tapi semuanya mempunyai kemampuan
naluriah untuk membuat dirinya dipahami orang lain dan juga memahami perkataan,
perasaan dan tindakan-tindakan orang lain. Mereka juga sanggup membuat orang
lain menerima arti perkataan dan tindakan-tindakan mereka. Singkatnya, mereka
merupakan komunikator yang terlatih.
Keahlian apa saja yang dimiliki para
motivaror sukses?
a. Kemampuan untuk
berpikir jernih
Kemampuan
ini diperlukan untuk membedakan fakta dari perkiraan, khayalan dan fiksi. Juga
bisa berpikir obyektif dan menjaga emosi tetap terkendali. Motivator yang
terlatih mengetahui apa yang mereka ingin selesaikan dan sanggup menjaga tujuan
dan motifnya dalam garis yang jelas. Bahkan ketika mereka harus menghadapi
isu-isu politik atau yang mudah membangkitkan emosi.
Mereka memberi batas jelas antara keinginan dan kebutuhan, dan selalu berusaha menjaga prioritasnya bersama dalam keteraturan dan keseimbangan.
Mereka memberi batas jelas antara keinginan dan kebutuhan, dan selalu berusaha menjaga prioritasnya bersama dalam keteraturan dan keseimbangan.
b. Kemampuan untuk bisa dipahami orang lain
Saat
seorang motivator menyampaikan gagasan dan perasaan–pada individu atau
kelompok–kata-kata, intonasi dan bahasa tubuhnya terpadu dalam harmoni. Tidak
pernah mereka menyampaikan pesan-pesan yang mengandung makna ganda atau
membingungkan.
Motivator
bicara dengan menggunakan bahasa yang dimengerti para pendengarnya, dan tidak
mau mengambil resiko hingga maksud-maksud
mereka tidak tertangkap karena hambatan bahasa. Mereka sedang menuju
sasaran atau menyimpang.
Mereka menyadari bahwa sebagian besar orang kurang mempunyai kemampuan dalam mendengarkan, sehingga mereka berusaha keras untuk menyampaikan maksud-maksudnya secara langsung dan sekomprehensif mungkin. inilah fakta bahwa kebanyakan orang hanya mengingat 20 persen dari apa yang mereka dengarkan.
Mereka menyadari bahwa sebagian besar orang kurang mempunyai kemampuan dalam mendengarkan, sehingga mereka berusaha keras untuk menyampaikan maksud-maksudnya secara langsung dan sekomprehensif mungkin. inilah fakta bahwa kebanyakan orang hanya mengingat 20 persen dari apa yang mereka dengarkan.
c. Motivator efektif
adalah pendengar yang baik
Mereka
mendengarkan reaksi-reaksi yang muncul untuk meyakinkan diri bahwa mereka
dipahami. Mereka juga mendengarkan untuk memahami kedudukan orang lain. Mereka
memperhatikan tanda dan isyarat yang memberi mereka wawasan mengenai posisi
orang lain. Mereka menyadari pilihan kata, intonasi dan bahasa tubuh yang
dipergunakan orang lain. Apa yang dikatakan orang lain pasti menarik minat
mereka.
Jelas bahwa apa yang mereka lakukan tidaklah gampang. Jika memang demikian, maka kita harus bisa menjadi pendengar yang terlatih.
Jelas bahwa apa yang mereka lakukan tidaklah gampang. Jika memang demikian, maka kita harus bisa menjadi pendengar yang terlatih.
i) Mereka memperhatikan apa yang orang lain katakan, dan berusaha
mencegah segala hal yang memecah konsentrasinya.
2) Mereka menjaga pikirannya tetap
terkendali; menjaganya dari kemungkinan pikiran yang menerawang atau
memanfaatkan waktu bicara orang lain untuk mempersiapkan kesempatan bicara
berikutnya.
d. Motivator
sukses adalah pembicara yang terlatih
Mereka
mengetahui cara bertukar pikiran dan perasaan. Mereka sadar akan perbedaan
antara berdiskusi dengan menggurui atau berkhotbah.
Seperti
penari balet yang baik, pembicara yang terlatih bisa membimbing pasangannya
tanpa terlihat adanya unsur manipulasi atau paksaan. Karena mereka mendengar
dengan penuh perhatian, maka mereka sanggup mencegah orang lain menyimpang dari
pokok pembicaraan. Dengan disertai senyuman, suatu seruan atau komentar singkat
yang sopan atau pertanyaan, mereka mengarahkan pembicaraan. Pada saat
bersamaan, pembicara merasa ia mendapatkan seorang pendengar yang apresiasif.
Sehingga, orang lain pun tidak hanya merasa nyaman, terjamin dan tersanjung
tapi yang lebih penting juga merasa lebih komunikatif.
Menurut
pandangan saya, pembicaraan merupakan format memotivasi yang paling efektif dan
andal. Selain itu, pembicaraan merupakan format yang paling langsung dan
fleksibel.
e. Motivator yang paling efektif juga terlatih dalam
komunikasi tertulis
Bagi
sebagian orang, lebih mudah dan aman untuk menuangkan pikirannya dalam bentuk
tulisan daripada mengungkapkannya secara verbal. Hal ini bisa dimaklumi.
Penulis mempunyai waktu untuk menyeleksi kata, menyusun pikirannya secara
sistematis tanpa diganggu oleh reaksi penerima, dan bisa menyampaikan isi
hatinya yang paling murni. Komunikator yang sungguh-sungguh bagus adalah mereka
yang bisa menyampaikan pesan mereka. Mereka mempunyai kemampuan dalam
menyampaikan pendapat dan personalitasnya pada sebuah tulisan untuk menciptakan
suatu suasana hati yang dibutuhkan dan membangkitkan respon.
Ia
juga mengatur agar faktor waktu selalu dalam perspektifnya dan menyampaikan
pesannya pada waktu yang paling menguntungkan. Waktu bisa menjadi faktor yang
amat rawan jika Anda sedang menghadapi isu-isu yang emosional atau panas pada
surat atau memo. Sebagai contoh, saya pikir tidak selayaknya dan anti produktif
untuk mengirimkan sebuah surat teguran keras kepada karyawan yang sedang
memulai liburan; komunikator yang baik meyakikankan diri bahwa perasaan dan
sentimen yang ia ungkapkan di surat yang ia tulis pada hari Rabu akan
diserahkan Senin berikutnya, saat surat itu diterima dan dibaca.
Jadi
motivator yang ulung–entah itu dalam hal
mempengaruhi anak-anaknya, pelanggan, penduduk atau tenaga kerjanya–
merupakan pendengar dan penyampai (expresser)
yang baik. Tentu saja, dibutuhkan lebih dari sekedar keahlian komunikasi untuk
bisa secara konsisten memotivasi orang-orang lain.
7.2 Apakah Motivator yang Efektif itu Karena Jujur
Sebagian
besar observasi pada tulisan ini memfokuskan pada komunikasi dan motivasi, tapi
hal tersebut bukan merupakan kesimpulan dari berbagai penelitian statistik dan
tidak bisa didokumentasikan secara ilmiah. Jadi bila ada pertanyaan: “Apakah
motivator yang efektif itu cuma karena jujur?” Saya akan menjawab: “Hampir
selalu!”
Barangkali
merasa beruntung karena dilahirkan dalam keluarga yang terbiasa bicara sehingga
memungkinkan terjadinya diskusi yang terbuka dan bebas bahkan mungkin adu
argumentasi. Mereka terutama beruntung jika berada dalam lingkungan yang
memungkinkan mereka menyatakan perasaannya tanpa perlu atau takut, dan diberi
dorongan yang sama terhadap pengungkapan verbal dan nonverbal.
Namun,
tidak banyak yang diajari keahlian berkomunikasi –tidak di sekolah ataupun di
kantor. Mereka yang mempunyai bakat alamiah dalam mengungkapkan diri mungkin
telah dibimbing masuk menjadi mahasiswa politik, kelompok debat, group drama
atau majalah sekolah –semuanya hal yang istimewa. Sementara sisanya
–komunikator yang pemalu atau gampang gugup– sangat jarang diikutkan sebagai
calon peserta kegiatan ekstra kurikuler yang bisa membangkitkan bakat mereka.
Ini
sungguh memprihatinkan bahwa sekolah dan universitas kita tidak menganggap
kemampuan komunikasi sepenting pelajaran fisika atau sejarah. Sungguh
membingungkan melihat kenyataan bahwa persyaratan yang diminta kebanyakan
universitas adalah kemampuan dalam berbahasa asing namun sama sekali tidak
mensyaratkan kesanggupan untuk mengungkapkan pikiran dan gagasannya secara
komprehensif lewat bahasa sehari-hari kita.
Rasanya
aneh jika kita mengabaikan pengembangan kemampuan berkomunikasi secara efektif.
Semua orang – terlihat atau tidak dalam bisnis – membutuhkan keahlian agar bisa dipahami:
untuk menggambarkan perasaan kita dengan akurat, melaporkan penemuan-penemuan
kita, menyatakan pendirian kita, mengutarakan pandangan kita, meminta bantuan
atau memohon dukungan. Kita butuh keahlian tersebut agar pesan-pesan menjadi
masuk akal. Keahlian berkomunikasi sama pentingnya dengan pelajaran-pelajaran
lain, dan seharusnya sudah diajarkan sejak sekolah dasar.
7.3 Tiga “M” Tidak Cukup
Lembaga
pendidikan kita mempunyai andil atas problem yang muncul dalam menghasilkan
para murid yang bisa membaca, menulis dan mengerjakan matematika dasar. Problem
ini sudah demikian parah dan mengkhawatirkan sebagaimana orang bisa lihat pada
para pelamar kerja usia muda.
Banyak
lulusan sekolah menengah yang sebenarnya secara fungsional buta huruf –dan
sebagian dari lulusan itu tetap saja bisa melanjutkan ke perguruan tinggi. Saya
akhirnya paham mengapa kebanyakan buku teks perguruan tinggi tertulis untuk
tingkat sekolah menengah pertama.
Orang-orang
yang mempunyai kesulitan dalam membaca, dengan sendirinya akan menemui
kesulitan dalam menulis, jadi bisa dibayangkan apa yang akan terjadi pada seni
komunikasi tertulis. Ini bisa menjadi pengalaman yang tidak mengenakkan jika
surat-surat yang ditulis oleh orang-orang yang seharusnya bertugas
menyelesaikan berbagai persoalan umum justru masih bertanya soal faktur atau
potongan harga. Kualitas tulisannya seringkali mirip karangan anak-anak;
terdapat banyak kesalahan ejaan dan tatabahasa. Sebagian besar orang yang
bekerja sebagai pelayan seharusnya bisa menerjemahkan kata-kata sandi dalam
surat. Namun, banyak orang yang digaji untuk menguraikan permasalahan pelanggan
malah menambah kebingungan karena mereka tidak mampu menulis dengan jelas dan
langsung.
Bagaimana
dengan matematika? Kelas-kelas matematika di perguruan tinggi dipenuhi
anak-anak muda yang lulus dari SMA tanpa pemahaman yang memadai sama sekali
mengenai matematika dasar. Seorang perawat muda mengatakan pada saya bahwa
meskipun ia telah menyelesaikan kursus keterampilan secara memuaskan dan
mendapatkan ijazah dari sekolah yang bergengsi namun ia tetap tidak mengerti
matematika perkalian! Barangkali meluasnya penggunaan kalkulator dan komputer
menjadi faktor penyebab, namun seharusnya tidak sampai separah itu.
Seorang
lulusan sekolah menengah yang bekerja sebagai tenaga pengarsipan disebuah
perusahaan besar akhirnya melamar sebuah posisi yang banyak menangani
perhitungan statistik, dan ternyata kemudian ia diterima. Satu jam setelah ia
memulai tugasnya yang pertama, ia telah berdiri di depan pintu pimpinanya. Ia
kelihatan bingung dan patah semangat.
“Angka
persentase ini benar-benar rumit, namun saya tidak ingat bagaimana acara
mengkalkulasinya.”
Pimpinannya
segera menyadari bahwa bagian sumber daya manusia telah membuat kesalahan
fatal, namun ia tidak ingin membuat pekerja tersebut tambah bingung dan putus
asa, maka ia berusaha menjelaskan pemecahan masalah tersebut secara sederhana.
Anak
muda tersebut memandangi angka-angka yang ditunjukkan pimpinannya dan seketika
berkeluh kesah: “Ah, cara pembagian yang rumit,
bilangan desimal, dan pecahan! Anda tidak membutuhkan saya”.
Saya tidak mengada-ada dengan cerita tersebut. Para pendidik juga tahu
bahwa ini merupakan problem yang serius, yakin bahwa jika kemampuan komunikasi
personal diajarkan di sekolah-sekolah
kita, pasti akan terjadi keadaan yang jauh lebih baik untuk sebagian
besar mata pelajaran lain.
Kita
membutuhkan pelajaran mendengar. Kemampuan mendengarkan yang parah akan
membebani sektor bisnis dan industri dengan biaya jutaan setiap tahunnya, belum
termasuk biaya yang muncul karena terjadinya kekacauan mengungkapkan diri
secara tertulis dan verbal.
Hal-hal
berikut ini bisa dilakukan saat ini untuk meningkatkan kemampuan komunikasi
kita pertama, kita harus menyadari dan mengakui bahwa kemampuan komunikasi ini
memang perlu ditingkatkan. Ada kalanya sulit sekali untuk melakukan hal
tersebut karena kita terbiasa menyalahkan orang lain bila terjadi
kesalahpahaman dalam komunikasi. Sungguh mudah dan melegakan untuk melemparkan
kesalahan komunikasi pada orang lain yang –menurut kita– tidak mampu memahami
perkataan dan maksud kita. Selain itu, kita juga sering menuduh orang lain
tidak mendengarkan kita, tidak konsentrasi dan mendistorsi maksud kita dengar
persepsi pribadi. Bagaimanapun, mungkin juga mereka ikut andil atas munculnya
problem tersebut, namun kesempatan tetap ada pada kita.
Selama
bertahun-tahun, problem komunikasi ini bisa dilihat pada banyak hal, dan pada
saat yang bersamaan problem itu sudah tersebar merata di masyarakat. Ada
beberapa program komunikasi yang berhasil dan bertahan dalam waktu yang sama;
sementara program lainnya seperti sekedar iseng saja dan cepat menghilang; ada
juga yang mempunyai karakteristik
seperti tempat pemujaan yang terselubung.
Anda
dapat mengambil manfaat dari berbagai saran di atas namun cara paling baik
untuk mengembangkan kemampuan bicara Anda adalah melalui pengalaman praktis. Apapun
pekerjaan Anda, cobalah untuk selalu menjadi pendengar di barisan paling depan
dan itu tidak harus dalam kesempatan bisnis. Jadilah sukarelawan untuk
tugas-tugas kepanitiaan dan gugus tugas tempat Anda bisa menyampaikan gagasan
dan informasi. Bicaralah di sekolah-sekolah, kelompok-kelompok studi dan sosial
hingga berbagai organisasi yang tertarik pada kerja dan pengalaman Anda. Ada
banyak kesempatan bagi setiap orang yang menghendaki peningkatan atas
kemampuannya berkomunikasi.
Jangan
melarikan diri dari berbagai kelompok tersebut sampai Anda menuntaskan membaca
buku ini. Bisa jadi kelompok-kelompok itulah yang Anda butuhkan untuk menjadi
pendengar yang efisien atau penyampai pesan yang cakap.
0 Response to "PERSIAPAN MEMOTIVASI ORANG LAIN - Pemuda Panca Marga, Jakarta Pusat"
Posting Komentar